REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk menargetkan produksi batu bara pada 2021 mencapai 52-54 juta ton. Pada 2020, Adaro memproduksi 54,53 juta ton batu bara atau turun enam persen secara tahunan (yoy).
"Produksi batu bara Adaro Energy pada 2021 diperkirakan tetap sama atau sedikit menurun secara year on year dan ditargetkan mencapai 52-54 juta ton," papar Head of Corporate Communications Febriati Nadira dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (17/2).
Pada 2020, ia menyampaikan, realisasi produksi perseroan sedikit melebihi panduan yang ditetapkan sebesar 52-54 juta ton. "Volume penjualan batu bara pada tahun 2020 tercatat mencapai 54,14 juta ton, atau turun 9 persen secara tahunan," paparnya.
Sementara itu, pada kuartal 2020 perseroan memproduksi 13,43 juta ton dan menjual 13,39 juta ton batu bara, atau masing-masing turun 3 persen dan 8 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Ia menambahkan total pengupasan lapisan penutup pada kuartal keempat mencapai 49,06 Mbcm, atau turun 21 persen secara tahunan, sehingga nisbah kupas tercatat sebesar 3,65 kali.
"Kuartal ini diwarnai dengan cuaca basah dengan curah hujan yang tinggi dan jam hujan yang panjang di area tambang utama sejak November," katanya.
Pada tahun ini, disampaikan, panduan nisbah kupas ditetapkan sebesar 4,8 kali lebih tinggi secara tahunan, karena mengikuti sekuens penambangan dan perusahaan harus mengupas lapisan penutup dengan volume yang lebih besar.
Pada 2021, perseroan menganggarkan belanja modal (capex) di kisaran 200 juta dolar AS sampai 300 juta dolar AS. Target belanja modal ini meliputi pemeliharaan rutin dan capex pertumbuhan.
"Walaupun pemulihan ekonomi diperkirakan akan berdampak positif terhadap batu bara, perusahaan harus tetap berhati-hati untuk mengantisipasi ketidakpastian," katanya.