REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak pandemi Covid-19 dan adanya penurunan harga batu bara membuat PT Adaro Energy menutup tahun 2020 dengan penurunan realisasi produksi dan penjualan. Meski demikian, Adaro mencatatkan kenaikan ekspor batu bara.
Head Of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira menjelaskan, pada 2020 Adaro memproduksi 54,53 juta ton batu bara. Produksi Adaro mengalami penurunan dibandingkan 2019. Turunnya produksi ini memengaruhi penjualan batu bara sebesar 54,14 juta ton pada 2020 atau turun sembilan persen dari periode yang sama 2019.
"Cuaca yang kurang baik di hampir sepanjang 2020 merupakan tantangan bagi perusahaan. Selain itu, karena adanya pandemi Covid-19 membuat penurunan permintaan batu bara domestik," ujar Ira dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/2).
Ia memerinci, pada kuartal IV tahun lalu Adaro memproduksi 13,43 juta ton batu bara atau turun tiga persen dibandingkan periode yang sama 2019. Sedangkan dari sisi penjualan, sebesar 13,39 juta ton atau turun delapan persen dibandingkan periode yang sama 2019.
Meski secara produksi dan penjualan mengalami penurunan, dari sisi ekspor Adaro mengalami peningkatan. Ia menjelaskan, pada kuartal IV tahun lalu, volume impor batu bara tercatat lebih tinggi seriing dengan pemulihan ekonomi global.
"Ekspor batu bara dari Indonesia ke China mengalami peningkatan sampai 63 persen dibandingkan 2019," tambah Ira.