Rabu 17 Feb 2021 18:22 WIB

Industri Otomotif Terancam Jika Penjualan tak Kembali Normal

Pabrik mobil dan komponennya bisa berhenti beroperasi dan berdampak pada karyawan.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melakukan proses perakitan komponen mesin (ilustrasi). Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut operasi industri otomotif bisa terhenti jika penjualan dan produksi tidak kembali normal.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pekerja melakukan proses perakitan komponen mesin (ilustrasi). Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut operasi industri otomotif bisa terhenti jika penjualan dan produksi tidak kembali normal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut operasi industri otomotif bisa terhenti jika penjualan dan produksi tidak kembali normal. Gaikindo mencatat penjualan mobil di dalam negeri mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19. 

Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto mengatakan jika ini terjadi maka akan berdampak pada nasib pekerja pada sektor industri otomotif.

Baca Juga

“Jika penjualan dan produksi tidak kembali normal maka pabrik mobil dan komponen-komponennya bisa melakukan penghentian operasinya dan bisa berakibat terhadap karyawan-karyawannya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (17/2).

Oleh sebab itu, pihaknya mengapresiasi rencana pemerintah memberikan relaksasi insentif keringanan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan. Dia berharap dengan adanya insentif ini bisa membuat penjualan dan produksi otomotif kembali normal.

“Gaikindo sangat menyambut baik kebijakan pemerintah ini dan berharap agar penjualan dan produksi otomotif bisa cepat kembali normal,” kata Jongkie.

Menurutnya Gaikindo telah merevisi target penjualan mobil pada 2020. Pada proyeksi awal sebanyak 1.110.000 unit, lalu di revisi menjadi 600 ribu unit, lalu revisi lagi ke 525 ribu unit dan total penjualan sepanjang 2020 sebanyak 532 ribu unit.

"Perkiraan kami, Maret, April, Mei ini (2021) angka bisa meningkat dari 50 ribu per bulan mungkin bisa sampai 60 ribu sampai 70 ribu unit. Mungkin ada peningkatan 40 persen karena itu memang segmen terbesar mobil-mobil yang akan diberikan stimulus itu," ucapnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement