Rabu 17 Feb 2021 20:55 WIB

Pemerintah Turki Tolak Permintaan Anak Penderita Kanker

Permintaan Anak Penderita Kanker ditolak Turki.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Pemerintah Turki Tolak Permintaan Anak Penderita Kanker. Foto: bendera Turki
Foto: AP/Emrah Gurel
Pemerintah Turki Tolak Permintaan Anak Penderita Kanker. Foto: bendera Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL-- Seorang anak asal Turki, Kübra Kuzan, yang baru berusia lima tahun meninggal karena kanker pada Ahad (14/2) tanpa dapat melihat ayahnya, seorang birokrat yang dipenjara atas tuduhan terlibat gerakan Gulen. Kuzan tidak dapat melihat wajah ayahnya untuk terakhir kalinya setelah pihak berwenang Turki menolak permintaannya untuk dapat mengunjunginya.

 Menurut media Turki Turkishminute, Selasa(16/2), ayah Kübra, Ertuğrul Kuzan, diberhentikan dari pekerjaannya di Council of Forensic Medicine setelah upaya kudeta 15 Juli 2016 di Turki. Dia ditangkap pada tahun yang sama setelah diduga terlibat gerakan Gulen dan dijatuhi hukuman delapan tahun penjara.

Baca Juga

 

Keluarga Kuzan telah meminta penangguhan hukuman penjara atas ayahnya berdasarkan undang-undang eksekusi. Undang-undang itu mengatur hukuman bagi narapidana dapat ditunda setahun bila ada anggota keluarganya yang sakit parah. Tetapi pihak berwenang menolak permintaan tersebut.

 

Di bulan-bulan pertama penyakit kanker akut yang menimpanya, Kuzan itu mengungkapkan kesedihan dan rindunya agar bisa bertemu untuk ayahnya. Ayah sempat diizinkan untuk mengunjunginya sebentar pada 6 Januari lalu, tetapi sayangnya saat itu kondisi anaknya dalam perawatan intensif karena kehilangan kesadaran.

 

Ayah Kubra menjadi korban dari kebijakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan yang telah menargetkan pengikut gerakan Gulen, sebuah kelompok berbasis agama yang diilhami oleh ulama Muslim Fethullah Gülen, sejak adanya investigasi korupsi pada 17-25 Desember 2013 yang melibatkan Perdana Menteri Erdoğan saat itu, anggota keluarganya dan keluarganya lingkaran dalam.

 

Namun Erdogan mengabaikan investigasi itu sebagai kudeta Gulen dan konspirasi melawan pemerintahannya. Erdogan kemudian memburu dan menargetkan anggotanya di dalam maupun di luar negeri.

 

Namun Gulen dan gerakan tersebut dengan tegas menyangkal keterlibatan dalam kudeta yang gagal atau tuduhan lainnya.

 

Aktivis hak asasi manusia dan wakil Partai Rakyat Demokratik (HDP) Ömer Faruk Gergerlioğlu membagikan berita kematiannya di Twitter, mengatakan Kuzan hanya dapat melihat putrinya setelah gadis itu sudah dalam perawatan intensif saat itu.

 

Pembersihan pasca kudeta di Turki telah memakan banyak  korban jiwa , tidak terkecuali bagi anak-anak. Beberapa anak seperti Ahmet Burhan Ataç, Mehmet Fatih Dedeoğlu, Selman Çalışkan, Eymen Küçükaydoğan, Ali Ihsan Başer dan Furkan Dizdar diagnosis menderita kanker setelah ayah mereka ditangkap.

 

Beberapa dari anak-anak ini tidak dapat bertahan hidup dan menyerah pada penyakit mereka. Menurut para dokter, tubuh rapuh mereka tidak mampu menahan kesedihan dan penderitaan yang disebabkan oleh apa yang menimpa ayah mereka.

 

Menyusul kudeta yang gagal tersebut, pemerintah Turki mengumumkan keadaan darurat dan melakukan pembersihan besar-besaran terhadap lembaga negara dengan dalih perang anti-kudeta. Lebih dari 130.000 pegawai negeri, termasuk 4.156 hakim dan jaksa serta 20.610 anggota angkatan bersenjata dicopot dari pekerjaan.

 

Menurut pernyataan dari Menteri Dalam Negeri Süleyman Soylu pada 26 November lalu, total 292.000 orang telah ditahan sementara 96.000 lainnya telah dipenjara karena diduga terkait dengan gerakan Gulen sejak kudeta yang gagal. Menteri juga mengatakan saat ini ada 25.655 orang di penjara Turki atas tuduhan afiliasi dengan gerakan tersebut. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement