REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Pandemi Covid-19 tidak hanya mendampak kesehatan fisik, tetapi juga mental. Menurut sebuah survei baru yang digagas organisasi Girlguiding, pandemi merugikan kesehatan mental remaja perempuan dan perempuan dewasa muda.
Sekitar 53 persen remaja perempuan yang mengikuti survei mengaku sangat terpengaruh secara mental akibat pandemi dan lockdown. Remaja yang merasakan kondisi tersebut ada di rentang usia 15-18 tahun.
Pada kelompok usia yang sama, sebanyak 62 persen merasa lebih khawatir dan cemas dari hari ke hari dibandingkan saat lockdown awal. Sepertiga responden berusia lebih dewasa mengatakan dampaknya berakar dari keriuhan media sosial.
Secara keseluruhan, empat dari 10 gadis berusia empat hingga 18 tahun merasa lebih kesepian, sedih, cemas, dan khawatir selama pandemi. Lebih dari separuh merasa lebih bosan dan tujuh dari 10 merasa lebih muak dan lelah.
Lebih dari setengah responden (59 persen) merasa lebih tertekan dan tidak bisa produktif selama lockdown. Patokan produktivitas yang mereka maksud berkaitan dengan kebugaran tubuh (berolahraga) atau mempelajari sesuatu yang baru.
Baca juga : Hati-Hati, Tujuh Kebiasaan Makan Ini Bisa Rusak Jantung
Responden adalah 1.881 anggota Girlguiding di Inggris yang menyelesaikan survei daring antara 28 Januari sampai 3 Februari 2021. Jajak pendapat itu turut mengungkap bahwa optimisme menguat sejak diluncurkannya program vaksinasi.
Sebanyak 82 persen responden berharap kondisi menjadi lebih baik. Kabar baik lainnya, remaja perempuan lebih mengapresiasi alam dan aktivitas di luar ruangan karena merindukan keduanya selama hanya berada di rumah saja.
Mereka juga menaruh respek yang lebih besar terhadap petugas medis, petugas layanan kesehatan, serta perawat sekolah. Sepertiga anak perempuan berusia empat sampai tujuh tahun mengaku terinspirasi menjadi dokter atau perawat.
Seperlima responden berusia 15-18 tahun kini menjadi tergugah untuk mengejar karier di bidang sains. Meski begitu, jajak pendapat juga menemukan bahwa remaja perempuan mengkhawatirkan pendidikan pascapandemi.
Sekitar 58 persen mengalami kesulitan dan stres karena harus menjalani home schooling. Lebih dari separuh (56 persen) mengatakan mereka bangga dengan para guru yang tetap mendukung mereka di kondisi sulit tersebut.
Hampir dua pertiga (64 persen) responden berusia lebih dewasa khawatir akan tertinggal dalam tugas sekolah atau kampus. Sementara, 66 persen lainnya mencemaskan berbagai pembatalan ujian akan memengaruhi peluang masa depan mereka.
Baca juga : Saudi Termasuk Negara Paling Maju Karena Berdayakan Wanita
Kepala Eksekutif Girlguiding, Angela Salt, mengatakan remaja perempuan dan para perempuan dewasa muda kini lebih berharap untuk masa depan. Namun, banyak yang terus berjuang dengan efek lockdown seperti gangguan kesehatan mental.
"Mereka ingin suaranya didengar, jadi sangat penting bagi pemerintah untuk mendengarkan keprihatinan mereka tentang keputusan yang akan memengaruhi mereka, juga memberikan dukungan terhadap mereka," ujar Salt, dikutip dari laman Nottingham Post.
Sumber: nottinghampost