REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran dan sunnah menunjukkan bahwa nantinya orang-orang beriman bisa melihat Allah SWT di Surga.
Di sinilah para sahabat Nabi SAW beserta pengikutnya dan orang-orang setelah mereka di antara para ulama itu dikumpulkan. Allah SWT berfirman:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ * إلى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat." (QS Al-Qiyamah: 22-23)
Atas ayat tersebut, Abdullah bin Abbas RA mengatakan bahwa maksud dari ayat ke-23 itu ialah melihat wajah Allah SWT dan tidak bersembunyi darinya. Ibnu Katsir mengatakan, pada hari itu wajah betul-betul bersinar.
Imam Syafii menjelaskan, Allah SWT memiliki nama dan atribut dari mana kitab-Nya keluar. Nabi-Nya memberitahu bahwa orang-orang beriman melihat Tuhan mereka pada Hari Kebangkitan kelak dengan mata mereka saat mereka melihat bulan pada malam bulan purnama. Dari Jarir bin Abdullah, dia berkata:
كُنَّا عِنْدَ النبيِّ صلى الله عليه وسلم، فَنَظَرَ إلى القَمَرِ لَيْلَةً - يَعْنِي البَدْرَ - فقال: إنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كما تَرَوْنَ هذا القَمَرَ
"Kami berada ketika Nabi SAW melihat ke bulan (purnama), lalu Nabi SAW bersabda, 'Kamu akan melihat Tuhanmu seperti kamu melihat bulan ini..." (HR Bukhari)
Ibnu Bathal menjelaskan dalam syarah Shahih Bukhari, bahwa dalam hadits tersebut menyampaikan tentang keutamaan menginisiasi dan memelihara sholat subuh dan Ashar. Dengan cara itulah maka, akan diperoleh ganjaran berupa melihat Allah SWT secara langsung.
Sementara itu, Al-Tibi berkata dalam syarah al-Thibi ‘Ala Misyat al-Mashabih:
اعلم أن مذهب أهل الله قاطبة أن رؤية الله تعالى ممكنة غير مستحيلة عقلا، وأجمعوا أيضًا على وقوعها في الآخرة، وأن المؤمنين يرون الله تعالى دون الكافرين
Ketahuilah bahwa mazhab ulama Islam ialah melihat Allah SWT mungkin dan bukan mustahil menurut logika, mereka juga sepakat hal itu akan terjadi kelak di akhirat, hanya orang mukmin yang akan melihat-Nya dan bukan orang kafir."
Sumber: islamweb