Kamis 18 Feb 2021 08:35 WIB

Jerman-Prancis Lanjut Bahas Pesawat Tempur Gabungan Eropa

Salah satu isu yang dipermasalahkan adalah hak kekayaan intelektual

Rep: lintar satria zulfikar/ Red: Hiru Muhammad
Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer (kanan) dan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly berjalan melewati pesawat yang dipajang di hanggar saat berkunjung ke pusat penerbangan militer Airbus di Manching, Jerman, 17 September 2020. Kedua menteri berada di Manching. diinformasikan antara lain Future Combat Air System (FCAS), program jet tempur generasi mendatang, yang dikembangkan bersama oleh Jerman, Prancis, dan Spanyol.
Foto: EPA-EFE/PHILIPP GUELLAND
Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer (kanan) dan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly berjalan melewati pesawat yang dipajang di hanggar saat berkunjung ke pusat penerbangan militer Airbus di Manching, Jerman, 17 September 2020. Kedua menteri berada di Manching. diinformasikan antara lain Future Combat Air System (FCAS), program jet tempur generasi mendatang, yang dikembangkan bersama oleh Jerman, Prancis, dan Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Jerman dan Prancis meluncurkan upaya baru untuk memecahkan kebuntuan pengembangan pesawat tempur jet gabungan yang akan menjadi proyek pertahanan Eropa yang paling besar. Kebuntuan proyek ini sempat memicu ketegangan antara Berlin dan Paris.

Proyek Future Combat Air System (FCAS) yang senilai 100 miliar euro lebih menyatukan Jerman, Prancis dan Spanyol untuk membuat senjata baru di tengah semakin dalamnya kerja sama pertahanan Eropa. Dassault Aviation, Airbus dan Indra terlibat dalam rencana mengganti pesawat jet Prancis Rafale dan Eurofighters Spanyol dan Jerman pada 2040.

Kamis (18/2) sumber dari bidang keamanan dan industri mengatakan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron meluncurkan ambisius tersebut pada tahun 2017. Ketika Uni Eropa goyah karena blok itu terpecah dalam isu imigrasi dan keputusan Inggris keluar.

Para sumber mengatakan proyek itu menjadi sumber perpecahan dan memicu ketidakpercayaan antara Berlin dan Paris. Serta perselisihan antar perusahaan atas pembagian kerja. Tidak ada satu pun pihak yang bersedia dimintai komentar.

Ketika pembayaran sebesar 5 miliar euro harus dirilis pada awal Februari lalu. Merkel dan Macron belum berhasil mengatasi berbagai isu dalam proyek ini. Para sumber mengatakan pejabat pertahanan Prancis, Jerman dan Spanyol serta Dassault, Airbus dan Indra bertemu di Prancis pada Rabu (17/2) kemarin untuk memecahkan kebuntuan.  

Sumber menambahkan salah satu isu yang dipermasalahkan adalah hak kekayaan intelektual. Prancis yang diwakili Dassault sensitif mengenai akses terhadap rantai pasokan pesawat berkapasitas nuklir ini.

Sementara itu Jerman yang kepentingannya diwakili Airbus ingin pangsa industri yang adil. Ketika Spanyol bergabung dalam proyek ini tahun lalu pembagian kerja semakin rumit. Dua dari tujuh topik yang dibahas masih mengalami kebuntuan.

Sumber mengatakan sebelum bergerak maju Berlin ingin mendapatkan konsesi dari Prancis. Jerman ingin dapat menggunakan teknologi yang mereka bangun bersama Prancis untuk proyek mereka sendiri.

Salah satu sumber Prancis mengatakan Jerman juga ingin akses terhadap metode yang digunakan Prancis. Sumber dari Jerman membantahnya.

Ketidaksepakatan begitu dalam sehingga ada gagasan untuk membangun dua pesawat contoh atau prototipe. Masing-masing juga menekankan perbedaan aspek proyek FCAS yang dirancang untuk mengkombinasikan pesawat dengan dan tanpa awak. 

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement