Kamis 18 Feb 2021 16:08 WIB

Pemandangan Sungai Emas Terlihat dari Luar Angkasa

Sungai emas berada di Peru.

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Astronaut menunjukkan aliran sungai emas yang terlihat di Bumi dan berkilau dengan pantulan sinar matahari.
Foto: nasa/iss
Astronaut menunjukkan aliran sungai emas yang terlihat di Bumi dan berkilau dengan pantulan sinar matahari.

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA — Pada malam Natal lalu, seorang astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengambil gambar yang menarik saat terbang di atas Peru timur. Dalam foto tersebut, astronaut menunjukkan aliran ‘sungai emas’ yang terlihat di Bumi dan berkilau dengan pantulan sinar matahari.

Sungai yang memang merupakan sumber pencarian emas daerah itu, memang disebutnya sulit dilihat dari luar angkasa di kesempatan biasa. Utamanya, karena terhalang oleh tutupan awan atau tidak menangkap cahaya matahari saat ISS lewat.

Baca Juga

"Sungai dan lubang seolah menembus hutan hujan Amazon di negara bagian Madre de Dios Peru," kata NASA dikutip dari the weather network, Kamis (18/2)

NASA melanjutkan, dalam iklim yang basah di lokasi tersebut, ratusan cekungan berisi air padat memang bisa terlihat. Di lokasi yang dilintasi itu, para penambang menggali setiap lubang yang dikelilingi oleh area yang tidak bervegetasi dari tanah berlumpur.

‘’Jalur yang gundul ini mengikuti jalur sungai kuno yang mengendapkan sedimen, termasuk emas. Untuk skala, jalur barat di pusat citra memiliki panjang 15 kilometer, " tulis NASA.

Dalam perjalannya, lokasi dari gambar itu diambil alih oleh negara bagian Madre de Dios, rumah bagi salah satu industri pertambangan emas independen terbesar di dunia. Meskipun pertambangan lokal mempekerjakan puluhan ribu orang, lokasi tersebut juga menjadi penyebab utama deforestasi di wilayah itu.

Berdasarkan penjelasan, prosedur ekstraksi memang memiliki dampak lingkungan yang negatif karena penambang mencampur sedimen dengan merkuri yang direbus. Tujuannya, untuk memisahkan emas dari mineral.

Setiap tahunnya, setidaknya ada 55 ton merkuri yang berakhir di saluran air setempat. Akibat penambangan itu sebuah studi tahun 2012 lalu menyebit, penduduk yang secara teratur makan ikan dari daerah tersebut, tiga kali lipat berisiko keracunan merkuri dari pada yang tidak mengkonsumsinya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement