Kamis 18 Feb 2021 15:26 WIB

Petani Food Estate Gunakan Varietas Inpari 42

Varietas Inpari 42 memiliki rendemen beras yang tinggi, 64-68 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Varietas Inpari 42 adalah salah satu varietas yang banyak ditanam di area food estate Kalimantan Tengah. Peneliti BPTP Kalteng, Susilawati, mengatakan, hal itu tidak terlepas dari preferensi petani karena keunggulan yang dimiliki varietas tersebut.
Foto: istimewa
Varietas Inpari 42 adalah salah satu varietas yang banyak ditanam di area food estate Kalimantan Tengah. Peneliti BPTP Kalteng, Susilawati, mengatakan, hal itu tidak terlepas dari preferensi petani karena keunggulan yang dimiliki varietas tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varietas Inpari 42 adalah salah satu varietas yang banyak ditanam di area food estate Kalimantan Tengah. Peneliti BPTP Kalteng, Susilawati, mengatakan, hal itu tidak terlepas dari preferensi petani karena keunggulan yang dimiliki varietas tersebut.

“Varietas Inpari 42 memiliki rendemen beras yang tinggi, 64-68 persen, selain itu karena banyak permintaan benih, sehingga banyak pula minat petani untuk menjadikan benih," kata Susilawati dalam keterangan resmi Kementerian Pertanian, dikutip Republika.co.id, Kamis (18/2).

Tak hanya rendemen yang tinggi, nilai jual gabah dari varietas yang dilepas pada 2016 itu cukup tinggi, bahkan melebihi harga pembelian di pasar. “Bahkan dengan kondisi saat ini yang dapat dibilang kurang bagus karena penjemuran tidak maksimal, harga gabah Inpari 42 mencapai Rp 5.300, di atas harga pasaran yang hanya Rp 4.800," ujarnya.

Inpari 42 juga merupakan padi yang disebut Green Super Rice (GSR), yaitu padi ramah lingkungan, sehingga tidak memerlukan pupuk yang banyak, namun lebih banyak aplikasi bahan organik.

Susi menambahkan, tidak hanya Inpari 42 yang disukai oleh petani di kawasan food estate, namun juga beberapa varietas unggul hasil Balitbangtan yang lain seperti Inpari 30 dan Inpari 32.

“Walaupun kita memiliki varietas spesifik lokasi, namun tetap kita kembalikan pada preferensi petani, sehingga apa yang diterapkan di lapang adalah hasil inovasi dan preferensi petani, itu terkait varietas,” tambahnya.

Menurut Susi, para petani di Kalimantan Tengah telah lama mengenal berbagai inovasi teknologi yang saat ini diterapkan di kawasan food estate.

Sementara, mengenai hasil produksi yang telah mampu mencapai target, Susi memberikan apresiasi kepada para petani. “Disinilah proses inovasi, adopsi dan intervensi terjadi. Dengan aplikasi di lapang dan petani telah mengikuti secara tepat, terbukti dapat terjadi peningkatan produksi,” tutupnya.

Kepala Balitbangtan Kementan, Fadjry Djufry, mengatakan, teknologi yang digunakan dalam varieas Inpari 42 sebelumnya telah teruji di lahan rawa pasang surut di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Varietas itu juga terbukti bisa meningkatkan produktivitas padi hingga 5 hingga 6 ton per hektare.

“Dan terbukti di Kabupaten Pulang Pisau ini, hasil panen petani rata-rata di atas 5 ton," ujarnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dari hasil panen yang ada, program food estate layak untuk dapat dilanjutkan. “Kalau kita saksikan hasilnya membuat kita optimis, diatas 4-5 ton per hektare sudah bagus pada lahan rawa, mudah-mudahan bisa diatas itu. Kita tunjukkan ini tidak direkayasa, ada aspek-aspek dasar untuk kita lanjutkan.” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement