REPUBLIKA.CO.ID, NGANJUK -- Lima dari enam korban tanah longsor di Desa Ngetos Kabupaten NganjukProvinsi Jawa Timur sudah ditemukan petugas gabungan dalam pencarian yang dilakukan bersama-sama. Kepala Basarnas Jatim Hari Adi Purnomodi Nganjuk Kamis (18/2) mengemukakan pencarian keenam korban itu diawali dari anjing pelacak yang diterjunkan terlebih dahulu. Setelah diketahui titik-titik lokasi korban, rombongan baru bergerak ke lokasi. "Tadi dimulai dari briefing (pengarahan) setelahnya pengerahan pasukan. Anjing pelacak mendeteksi keseluruhan dan alhamdulillah ada dua sektor A dan B," katanya.
Ia mengatakan operator eskavator juga langsung menuju ke lokasi yang berhasil dilacak anjing pelacak tersebut. Seluruh titik baik di sektor A dan sektor B digali dengan eksavator dan ditemukan ada lima jenazah. "Hari ini ditemukan lima korban, satu di sektor B dan empat di sektor A. Dari hasil autopsi, tiga laki-laki dan dua perempuan, ada yang dewasa ada yang anak-anak," kata dia.
Dengan berhasil ditemukan lima orang jenazah itu, saat ini masih tinggal satu orang yang belum ditemukan. Jumlah keseluruhan korban yang dinyatakan hilang awalnya adalah 21 orang dan dua orang di antaranya ditemukan dalam keadaan selamat dan lainnya telah meninggal dunia.
Hari Adi menambahkan dalam pencarian tersebut juga tetap melibatkan petunjuk dari perangkat dusun setempat. Yang bersangkutan mengetahui dengan pasti kondisi warga di daerahnya termasuk posisi rumah, sehingga lebih mudah melakukan pencarian.
Namun, untuk pencarian tidak dilanjutkan. Hal itu karena cuaca yang mendung, sehingga tim tidak ingin mengambil risiko. Selain itu, di lokasi juga dilaporkan terdapat rekahan, sehingga diputuskan untuk dihentikan sementara.
"Hari ini kami hentikan, karena yang pertama cuaca, kedua fisik dari petugas termasuk operator eskavator yang sudah beberapa hari. Biar ada recovery yang cukup. Semoga bisa tidak ada masalah, sehingga bisa bekerja dengan baik," ujar dia.
Untuk jumlah personel yang ditugaskan hari ini, Hari Adi mengatakan dibatasi hanya 30 orang saja. Setelah korban ditemukan, baru secara bergantian per regu 10 orang untuk mengangkut jenazah. "Lokasi berbahaya bahkan personel saya tidak boleh naik semua. Hanya beberapa saja, kemudian geser setelah menemukan korban," kata.