REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI — Perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech SE berencana memberikan vaksin pencegah infeksi virus corona jenis baru Covid-19 ke Taiwan. Pernyataan ini datang setelah negara itu mengeluhkan adanya kesepakatan yang tidak tercapai pada Desember 2020.
Pemerintah Taiwan saat itu mengatakan, BioNTech memutuskan menarik kesepakatan pembelian hingga lima juta dosis vaksin Covid-19 di menit-menit terakhir. Hal ini diduga karena adanya tekanan dari Pemerintah China.
Namun, BioNTech dalam pernyataan terbaru pada Rabu (17/2), berencana menyediakan vaksin Covid-19 untuk Taiwan. Perusahaan yang berbasis di Mainz ini menegaskan memilki komitmen penuh untuk mengakhiri pandemi.
"BioNTech berkomitmen membantu mengakhiri pandemi bagi orang-orang di seluruh dunia dan kami bermaksud untuk memasok Taiwan dengan vaksin kami sebagai bagian dari komitmen global ini,” ujar pernyataan BioNTech, dilansir The Strait Times, Kamis (18/2).
BioNTech mengatakan, saat ini diskusi sedang berlangsung dengan Pemerintah Taiwan dan segera memberikan informasi terkait perkembangan kerja sama. Sementara itu, Menteri Kesehatan Taiwan Chen Shih-chung mengatakan, sebelumnya kesepakatan tertunda meski belum dibatalkan.
Meski tidak mengatakan secara langsung adanya keterlibatan Pemerintah China dalam masalah itu, Chen menyiratkan dugaan politik. Ia juga memiliki kekhawatiran bahwa ada campur tangan dari ‘kekuatan luar’ yang membuat kesepakatan harus dibahas secara hati-hati, yang pada awalnya direncanakan dibahas secara terbuka.
BioNTech sebelumnya juga menandatangani kesepakatan dengan perusahaan China, Shanghai Fosun Pharmaceutical Group Co Ltd untuk secara eksklusif mengembangkan dan mengkomersialkan produk vaksin Covid-19 yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi mRNA BioNTech di wilaya daratan Cina, Hong Kong, Makau, dan Taiwan. Sebagai imbalannya, terdapat pembayaran hingga 85 juta dolar AS dalam biaya lisensi.
Taiwan pada akhir Desember tahun lalu mengatakan telah setuju untuk membeli hampir 20 juta dosis vaksin Covid-19. Vaksin yang disetujui termasuk diantaranya adalah 10 juta dari AstraZeneca, dengan sisanya berasal dari program vaksin global Covax dan perusahaan yang tidak disebutkan namanya.