Kamis 18 Feb 2021 19:02 WIB

Kebiasaan Kaum Musyrik Mengundur-undur Bulan

Kaum musyrik punya kebiasaan mengundur-undur bulan.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Kebiasaan Kaum Musyrik Mengundur-undur Bulan. Foto: Bulan Safar (ilustrasi)
Foto: Republika
Kebiasaan Kaum Musyrik Mengundur-undur Bulan. Foto: Bulan Safar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah menciptakan bilangan bulan dalam setahun sebanyak dua belas bulan. Dari dua belas bulan itu ada empat bulan yang disebut empat bulan haram. Keterangan ini dapat ditemukan dalam Al Quran surat At Taubah ayat 36. Ahli tafsir Quran, Prof. Muhammad Quraish Shihab menjelaskan kata arba'atu hurum dalam ayat tersebut berarti empat bulan yang mulia. Akar katanya dari haraam, dalam bahasa indonesia berarti terhormat atau yang dihormati.

Kata haraam menurut Quraish Shihab juga bisa artinya terlarang. Menurutnya sesuatu yang terhormat banyak larangan menyangkut sesuatu itu.

Baca Juga

Prof Quraish Shihab menjelaskan yang dimaksud empat bulan yang dimuliakan sebagaimana ayat 36 dalam surat at Taubah itu adalah bulan Muharam, Dzul Qaidah, Dzul Hijjah dan Rajab. Pimpinan Pusat Studi Al Quran itu menjelaskan bahwa kemuliaan dari empat bulan tersebut bahkan sudah diakui oleh orang-orang musyrik pada masa lalu.

"Kehormatan bulan-bulan ini (Muharam, Dzul Qaidah, Dzul Hijjah dan Rajab) sudah diakui atau ditetapkan oleh kaum musyrik sejak dulu. Jadi orang-orang musyrik juga sangat menghormati keempat bulan ini," jelas Prof Quraish Shihab sebagaimana dikutip dari kajian di akun YouTube resminya Quraish Shihab yang diunggah pada Rabu (17/2).

Karena keempat bulan tersebut sangat terhormat, kaum musyrik -yang sejatinya senang berperang- bersepakat untuk menciptakan kedamaian di empat bulan tersebut. Dalam arti lain mereka membuat aturan tidak boleh berperang dalam empat bulan itu. Namun demikian, hasrat yang kuat untuk berperang membuat kaum musyrik membuat aturan-aturan yang merusak tertibnya urutan bulan. Jika ingin berperang sementara bertepatan dengan bulan Muharam misalnya, kaum musyrik akan mengundur bulan Muharam ke bulan selanjutnya.

"Terkadang mereka mau berperang, tetapi terhalangi oleh bulan itu. Apa yang mereka lakukan? Mereka lantas tangguhkan bulannya. Misalnya kalau di Muharam mereka mau perang mereka berkata Muharam itu bulan depan," kara Prof Quraish Shihab.

Keterangan tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran  surat At Taubah ayat 37. Dalam surat itu, Allah berfirman bahwa mengundur-undur bulan haram adalah menambah kekafiran.

Karena kebiasaan kaum musyrik mengundur-undur bulan hingga membuat urutan bulan pun acak-acakan. Akan tetapi, pada satu waktu Rasulullah menyampaikan bahwa urutan bulan yang tadinya tidak sesuai dengan penempatan pada masanya sudah kembali seperti semula.

"Sewaktu nabi haji terakhir beliau bersabda, ini bulan-bulan yang tadinya dipindah-pindah sudah kembali seperti waktu Allah menciptakannya pertama kali. Jadi Dzul Hijjah sekarang sudah Dzul Hijjah benar, tapi kalau dulu (sebelumnya) boleh jadi Dzul Hijjah itu Muharam. Baru di situ nabi mengatakan sejak sekarang Muharam sudah Muharam, Dzuk Hijjah itu Dzuk Hijjah janhan lagi diubah-ubah," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement