REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Pemerintah Nepal pada Kamis (18/2) menyetujui penggunaan darurat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh afiliasi Sinopharm asal China. Ini adalah vaksin kedua setelah vaksin Astra Zeneca lebih dulu disetujui.
"Izin bersyarat telah diberikan kepada vaksin China untuk penggunaan daruratnya di Nepal" kata seorang pejabat senior di Departemen Administrasi Obat, Santosh KC.
Langkah ini membuka jalan bagi China untuk mendonasikan 500 ribu dosis vaksin Sinopharm ke negeri Himalaya itu. Bulan lalu, Nepal menerima satu juta dosis vaksin Astra Zeneca secara gratis dari negara tetangga India.
Nepal juga akan membeli vaksin Astra Zeneca dari India. Nepal meluncurkan program vaksinasi pada 27 Januari, dimulai dengan petugas medis. Negara Asia Selatan itu juga berencana memvaksin 72 persen dari 30 juta orang di negara.
Menteri Kesehatan dan Kependudukan Nepal, Hridayesh Tripathi mengatakan kepada Reuters bahwa Nepal akan segera membeli dua juta dosis suntikan Astra Zeneca yang dibuat oleh Serum Institute of India. Masing-masing seharga empat dolar AS, harga yang sama dengan yang dibayar Bangladesh. "Kami telah menerima harga yang bagus, kami tidak boleh melewatkan kesempatan untuk membelinya," kata Tripathi.
Pihak berwenang mengatakan, Nepal juga mengharapkan vaksin dari aliansi yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia yang mendistribusikan suntikan ke negara-negara miskin. Dua vaksin lainnya, Sputnik V Rusia dan satu dibuat oleh Bharat Biotech India sedang menunggu izin dari pemerintah.
Dalam beberapa tahun terakhir, China dan India telah berebut pengaruh di Nepal. Keduanya menggelontorkan jutaan dolar untuk bantuan dan investasi di bidang infrastruktur. Nepal telah melaporkan 273.070 kasus Covid-19 dan 2.055 kematian akibat virus tersebut.