Jumat 19 Feb 2021 10:05 WIB

IHSG Melemah Tertekan Proyeksi Penurunan Pertumbuhan Ekonomi

Faktor tersebut meningkatkan kekhawatiran ketidakpastian ekonomi 2021.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). IHSG dibuka di zona merah pada Jumat (19/2) pagi seiring tekanan akibat revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional oleh Bank Indonesia kemarin.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). IHSG dibuka di zona merah pada Jumat (19/2) pagi seiring tekanan akibat revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional oleh Bank Indonesia kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini, Jumat (19/2). IHSG melemah ke level 6.193,50. Pada penutupan perdagangan sebelumnya, Kamis (18/2) petang, IHSG berada di posisi 6.200,30. 

Pelemahan IHSG ini seiring dengan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kemarin. BI merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,3 - 5,3 persen dari sebelumnya 4,8 - 5,8 persen.

Baca Juga

Selain itu, BI juga melakukan intervensi pada suku bunga 7D Repo Rate yang dipangkas 25 basis poin. "Faktor tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang ketidakpastian pertumbuhan ekonomi pada 2021," kata Kepala Riset Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi, Jumat (19/2).

Sementara itu dari faktor global, IHSG dibuka turun seiring dengan pergerakan indeks saham Asia. Phillip Sekuritas Indonesia menyatakan, pasar merespons negatif data pekanan Jobless Claims di Amerika Serikat (AS) yang secara tak terduga mencatatkan kenaikan.

"Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai betapa rapuhnya proses pemulihan ekonomi di AS," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya. 

Jumlah orang yang mencairkan tunjangan pengangguran (Initial Jobless Claims) mencapai  861 ribu jiwa pada pekan kedua Februari. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi 773 ribu dan jumlah 848 ribu pada minggu sebelumnya. 

Investor juga mencerna rilis notulen rapat kebijakan bank senral Eropa (ECB) bulan lalu. Para pejabat ECB berjanji mempertahankan paket stimulus moneter dan mengabaikan lonjakan inflasi dan suku bunga dalam jangka pendek. 

ECB juga berpendapat, aktivitas eknomi di kuartal pertama 2021 kemungkinan mengalami penurunan meski tidak separah pada kuartal akhir 2020. Ke depan, ECB melihat kondisi finansial yang lebih baik, kebijakan fiskal yang ekspansif serta pemulihan permintaan masyarakat akan mejadi penopang pemulihan ekonomi di Eropa.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement