REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memutuskan mengubah desain proyek kilangnya. Hal ini dilakukan selain untuk mengubah prioritas produk kilang juga untuk menekan biaya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, perubahan desain tersebut juga berimbas pada pengurangan biaya investasi. Awalnya, investasi yang dibutuhkan Pertamina untuk seluruh proyek kilang 47 miliar dolar AS.
"Namun setelah kita lakukan rescalling dan refocusing biayanya bisa turun sekitar 4,7 miliar dolar AS," ujar Nicke, Jumat (19/2).
Saat ini Pertamina mampu memproduksi BBM jenus gasoline mencapai 257 ribu barel per hari (bph). Dalam rencana awal, RDMP dan pembangunan kilang baru ditargetkan produksi gasoline Pertamina menjadi 696 ribu bph dengan proyeksi permintaan mencapai 732 ribu bph. Setelah seluruh proyek pengerjaan selesai kemampuan Pertamina menghasilkan gasoline nanti mencapai 731 ribu bph.
Sementara untuk solar nantinya pada 2030 ditargetkan bisa diproduksi mencapai 649 ribu bph. Padahal dalam rencana sebelumnya Pertamina menargetkan bisa menghasilkan 753 juta bahan bakar diesel. Estimasi ini bahkan sudah melampaui proyeksi kebutuhan mencapai 630 ribu bph.
Menurut Nicke, salah satu faktor perubahan desain RDMP adalah adanya kajian penurunan permintaan minyak. Pertamina melakukan penyesuaian kapasitas kilang yang akan dibangun.
Awalnya, Pertamina akan membangun dua kilang baru dengan masing-masing 300 ribu bph, sekarang hanya membangun satu di Tuban.
"RDMP kami menambah kapasitas di Balikpapan dan Balongan saja. Dengan demikian kami bisa menyesuaikan dengan pasokan dan permintaan ke depan," kata Nicke.