REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekarang menjadi tetap sibuk merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Istirahat sejenak dianggap hanya sebagai hadiah setelah seharian bekerja keras.
Ini tidak baik. Coba ingat kapan terakhir kali Anda fokus ketika berdoa? Hidup serba cepat merampas banyak kebajikan Islam dari kita.
Rasa syukur
Rasulullah SAW berkata, “Siapa pun yang tidak bersyukur untuk hal-hal kecil tidak akan bersyukur untuk hal-hal besar.” (Shahih At-Targheeb oleh Al-Albani 976).
Para ahli menemukan jika kita sibuk dengan pekerjaan kita dan menerapkan hidup serba cepat terlalu sering, kita hanya berfokus pada kerjaan. Ini berarti, kita tidak lagi memperoleh kesenangan yang sama dari hubungan dan pengalaman yang lebih kecil.
Refleksi yang dalam
Para peneliti mencatat dorongan hidup serba cepat dapat mengubah cara berpikir orang. Ini mengarah pada pembodohan dalam menerima informasi sehingga orang-orang cenderung tidak menggalinya lebih dalam.
Sementara banyak ayat Alquran memanggil kita untuk iqraa atau membaca dan merenungkan. Kehidupan modern telah membuat kita percaya kemajuan itu sama dengan cepat dan sukses. Misal, orang kota berjalan lebih cepat bukan untuk berolahraga, tapi untuk menghemat waktu.
Penelitian menunjukkan jika dikaitkan dengan peningkatan depresi, kecemasan, dan psikosis, sebanyak 39 persen orang menderita gangguan mood dan gangguan kecemasan 21 persen.