Jumat 19 Feb 2021 17:29 WIB

Tempat wisata Bisa Pakai GeNose C19 Menyeleksi Orang Masuk

Tes GeNose C19 untuk karyawan dan tamu tempat wisata bisa sebagai upaya preventif.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andi Nur Aminah
Calon penumpang kereta api menyerahkan kantong tes deteksi Covid-19 dengan metode GeNose C19 kepada petugas untuk diperiksa  (ilustrasi)
Foto: Antara/Didik Suhartono
Calon penumpang kereta api menyerahkan kantong tes deteksi Covid-19 dengan metode GeNose C19 kepada petugas untuk diperiksa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) secara resmi meluncurkan GeNose C19 untuk sektor pariwisata. Menristek/Kepala BRIN, Bambang PS Brodjonegoro mengatakan diperkenalkannya GeNose C19 diharapkan bisa menghidupkan kembali industri pariwisata yang terdampak negatif atas adanya pandemi Covid-19.

"Kita ingin sektor pariwisata bisa mendayagunakan GeNose ini untuk mulai menghidupkan kembali kegiatan pariwisata. Karena GeNose ini adalah alat skrining," kata Bambang, dalam peluncuran GeNose C19 untuk pariwisata yang dipantau daring, Jumat (19/2).

Baca Juga

Bambang mengatakan, GeNose C19 bisa dimanfaatkan tempat wisata dan menyeleksi orang yang masuk ke dalamnya. Ia mencontohkan di hotel, sebelum memulai pekerjaannya para karyawan bisa melakukan tes GeNose C19 terlebih dulu sebelum memasuki hotel. Hal yang sama juga dilakukan pada tamu hotel.

Melakukan tes GeNose C19 untuk karyawan dan tamu tempat wisata dilakukan sebagai tindakan preventif. Menurut Bambang, tes ini bisa memberikan rasa aman baik untuk para karyawan dan tamu yang ada di tempat wisata.

Bambang menjelaskan, GeNose C19 juga lebih mudah digunakan yaitu hanya dengan menghembuskan napas. Waktu yang dibutuhkan sampai hasilnya keluar pun tidak perlu menunggu terlalu lama, yaitu hanya dalam hitungan menit. Satu unit GeNose C19 juga bisa digunakan untuk 100 ribu kali pemakaian, setelah itu perlu dilakukan pemeliharaan agar bisa digunakan dengan baik kembali.

"Pelan-pelan, memang tidak mungkin langsung jor-joran. Jadi pelan-pelan mulai timbul kepercayaan, mulai timbul confidence sehingga kegiatan periwisata mulai bergerak lagi," kata dia menegaskan.

Tentunya, lanjut Bambang, GeNose C19 hanyalah salah satu alat yang membantu proses skrining. Namun, bukan berarti 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker) bisa ditinggalkan. 3M harus tetap dilakukan sampai vaksinasi mencapai herd immunity.

"Jadi kalaupun vaksinasi selesai, kita harus lihat apakah 3M itu masih harus dipraktikkan. Tapi, sampai herd immunity tercapai, tetap dilakukan 3M. Tapi GeNose akan membantu kita semua untuk paling tidak melakukan kegiatan dengan lebih lancar," kata Bambang menambahkan.

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) jumlah wisatawan pada tahun 2020 menurun cukup signifikan. Hal ini sebagian besar diakibatkan pandemi yang membatasi aktivitas manusia.

Wakil Menteri Ekonomi dan Pariwisata, Angela Tanoesoedibjo menjelaskan, pada tahun 2020 wisatawan mancanegara turun sebesar 74,67 persen dibandingkan 2019. Wisatawan nusantara juga turun sebesar 29,7 persen untuk tahun yang sama.

"Distribusi vaksin menjadi harapan kita semua. Program vaksinasi pariwisata dilengkapi dengan penerapan 3T dan 3M yang tertib dalam mempercepat pemulihan pariwisata di tahun ini," kata Angela.  

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement