REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Kesehatan RI Dr dr Terawan Agus Putranto SpRad(K) kini tengah mengembangkan vaksin Covid-19 bersama Aivita Biomedical Corporation AS, Universitas Diponegoro, dan Rumah sakit Kariadi Semarang. Mengenai efikasi dari vaksin yang diberi nama Vaksin Nusantara, masyarakat diimbau untuk menunggu sampai vaksin tersebut melalui tiga tahap uji klinis.
Vaksin Nusantara merupakan vaksin berbasis sel dendritik. Sel dendritik dinilai dapat menjadi salah satu alternatif untuk memicu timbulnya antibodi.
"Sel dendritik ini salah satu alternatif bagaimana kita meng-induce antibodi," jelas praktisi kesehatan dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB, Jumat (19/2).
Namun bila berbicara mengenai sebuah produk vaksin, ada tiga tahap uji klinis yang perlu dilalui terlebih dahulu. Setelah itu, baru bisa ditentukan bagaimana efikasi dan keamanan dari produk vaksin tersebut.
"Dengan adanya informasi mengenai Vaksin Nusantara ini, kita tetap harus menunggu tahapan dari uji klinis tersebut," papar Prof Ari.
Peneliti utama dari FKUI Dr dr Erni Juwita Nelwan PhD SpPD-KPTI FACP FINASIM menjelaskan, sel dendritik akan teraktivasi pada sebagian besar infeksi virus. Akan tetapi, Dr Erni menilai penggunaan sel dendritik sebagai dasar untuk membuat vaksin memiliki tantangan tersendiri.
"Saya rasa secara keilmuan ini akan sangat luar biasa sulit, dan mungkin bisa jadi mahal, itu dari sisi manufacturing-nya, pembuatannya," tukas Dr Erni.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemeterian Kesehatan RI dr Slamet MHP mengatakan Balitbangkes turut membiayai penelitian dan pengembangan vaksin Nusantara ini. Dr Slamet mengatakan berbagai penelitian terkait Covid-19 mungkin pendekatan yang dilakukan berbeda-beda.
"Ada yang sasarannya langsung ke virusnya, ada yangsasarannya memang lebih ke peningkatan stamina, kemudian ada yang kepada mekanisme sensitivity," pungkas dr Slamet.
Terlepas dari itu, dr Slamet mengatakan semua penelitian itu memiliki satu tujan yang sama. Tujuan tersebut adalah kesembuhan pasien.
"Seluruh penelitian ini tentu tujuannya sama, adalah kesembuhan pasien," ungkap dr Slamet.