Ahad 21 Feb 2021 05:20 WIB

Rasulullah Sosok Sempurna dan Serba Bisa

Rasulullah sosok sempurna yang serba bisa.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain karena Allah SWT menjadikan Rasulullah  sebagai contoh dan panutan untuk umat manusia sejagad alam raya ini, Dia memang menciptakan penciptaan sempurna. Rasulullah sosok sempurna yang serba bisa.

Dalam buku Muhammad SAW Manusia yang tidak Seperti Manusia karya Ahmad Zarkasih dijelaskan, serba bisa di sini dalam artian bahwa Nabi adalah pribadi yang bisa dicontoh oleh semua kalangan dari berbagai latar belakang pendidikan dan juga pekerjaan. Siapapun manusia,  apapun profesi dan latar belakangnya, pastinya sosok Nabi Muhammad dapat dijadikan panutan.

Dijelaskan bahwa sulit untuk menemukan manusia sesempurna Nabi SAW, itu sebabnya Allah SWT menjadikan beliau contoh bagi seluruh umat manusia semua. Hal itu sebagaimana yang diabadikan Allah dalam Alquran Surah Al-Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Yang artinya: "Sungguh telah ada dalam diri Rasulullah s.a.w. teladan yang baik bagi mereka yang menginginkan (pertemuan dengan) Allah SWT dan juga (datangnya) hari akhir, serta berdikir kepada Allah dengan banyak,"

Kalau ada seorang pengajar ingin mencontoh Nabi, maka dia akan mendapatinya. Sebab Nabi SAW pun mengajari para sahabatnya. Dan beliau SAW mendapat gelar “Our Master” dari banyak kalangan para pendidik.

Ada sebuah riwayat yang masyhur sekali, ketika Nabi memberikan nasehat kepada anaknya ‘Amr bin al-Ash; yakni Abdullah. Nabi bersabda: يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو، لَا تَكُنْ مِثْلَ فُلَانٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ، فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ

Yang artinya: "Wahai Abdullah, jangan jadi seperti fulan; dia itu bangun di malam hari akan tetapi tidak shalat malam,". Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Hadits ini sejatinya mengandung banyak nilai-nilai pengaran dan pendidikan yang sangat tinggi. Yang tentunya menjadi teladan bagi kita yang memang berprofesi sebagai pengajar juga pendidik.

Saat itu, Nabi sedang mengajarkan kepada Abdullah bin ‘Amr tentang anjuran bagi Muslim untuk melaksanakan shalat malam, dan tercelanya mereka yang meninggalkan shalat malam, padahal mereka sudah bangun di malam itu. Dan ada orang yang memang seperti itu, bangun tengah malam akan tetapi tidak melakukan. Dan Nabi tahu siapa yang berbuat begitu.

Tapi, dalam pengajaran, Nabi tidak menyebut siapa nama orang tersebut. Nabi hanya mengatakan kepada Abdullah bahwa perbuatan macam itu tidak baik. Karena memang poin pelajaran ada pada bangun dan tidak shalat. Maka tidak perlu disebut siapa nama orang yang melakukan seperti itu.

Jika pun disebut nama orang tersebut, itu namanya merendahkan orang lain. Dan Nabi tidak mau melakukan perendahan kepada siapapun. Padahal jika pun Nabi menyebut nama orang tersebut, pastilah ia tidak akan marah; toh Nabi yang menyebut, tapi tak jua Nabi lakukan. Sebagai bentuk pengajaran bahwa bukan berarti jika kita benar kita boleh merendahkan orang lain.

Kalau ada seorang tentara yang ingin mencontoh Nabi SAW, maka dia juga pasti akan mendapati itu. Sebab Nabi SAW pun juga maju ke medan perang, dan memimpin pasukan. Serta beliau juga tahu bagaimana cara memperlakukan tawanan dengan baik.

Jika ada seorang pedagang ingin mempelajari sifat Nabi, dalam hal niaga sebagai contoh, dia pasti mendapati itu dari Nabi SAW.  Sebab Nabi juga seorang pedagang. Bahkan saking pandai dan baiknya beliau menjadi pedagang, beliau digelari sebagai “al-Amin” (sang terpercaya), dimana banyak pedagang lainnya yang berusaha memanipulasi demi keuntungan.

Jika ada seorang politisi ingin juga mengikuti bagaimana Nabi SAW berdiplomasi dan berpolitik, dia juga pasti mendapati itu dari pribadi Nabi SAW. Sebab beliau pun memimpin negara dan sistem. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul pun, beliau sudah menjadi juru damai dan lobi yang baik sehingga seluruh suku dan qabilah Jazirah ketika itu enggan berseteru dalam hal pemindahan Hajar Aswad.

Jika ada seorang kepala rumah tangga ingin mengambil contoh dari Nabi tentang bagaimana memimpin keluarga dengan baik, dia pasti akan mendapatinya dari Nabi. Sebab Nabi juga punya anak dan punya istri. Dan beliau lah orang yang terbaik dalam kepemimpinan keluarga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement