Ahad 21 Feb 2021 00:26 WIB

BMKG: Potensi Banjir Berpeluang Terjadi pada Maret-April

Musim hujan 2020-2021 dipengaruhi fenomena La Nina yang berlangsung hingga Mei 2021.

Seorang pria mengambil pohon agar tidak tersapu oleh air banjir melalui lingkungan yang banjir menyusul hujan lebat di Jakarta, Indonesia, Sabtu, 20 Februari 2021. Hujan deras yang dikombinasikan dengan perencanaan pembuangan limbah kota yang buruk sering menyebabkan banjir besar di beberapa bagian besar. Jakarta.
Foto: AP / Tatan Syuflana
Seorang pria mengambil pohon agar tidak tersapu oleh air banjir melalui lingkungan yang banjir menyusul hujan lebat di Jakarta, Indonesia, Sabtu, 20 Februari 2021. Hujan deras yang dikombinasikan dengan perencanaan pembuangan limbah kota yang buruk sering menyebabkan banjir besar di beberapa bagian besar. Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi banjir. Banjir masih berpeluang terjadi pada Maret dan April 2021.

"Potensi banjir terutama kategori menengah masih harus diwaspadai pada Maret, namun daerah potensi banjir berkurang pada April," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal dalam konferensi pers yang dipantau secara daring di Jakarta, Sabtu (20/2).

Baca Juga

Herizal menjelaskan, musim hujan 2020-2021 dipengaruhi dengan fenomena iklim global La Nina yang dapat meningkatkan curah hujan hingga 40 persen. BMKG memprakirakan La Nina masih akan berlangsung setidaknya hingga Mei 2021.

Saat ini, hampir sebagian besar wilayah Indonesia yaitu 96 persen dari Zona Musim telah memasuki musim hujan. BMKG memprakirakan pada Maret-April 2021 curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia masih berpotensi menengah hingga tinggi yaitu mencapai 200-500 mm/bulan.

Sedangkan sebagian besar Papua dan sebagian Sulawesi berpotensi mendapatkan curah hujan bulanan kategori tinggi-sangat tinggi atau lebih dari 500 mm/bulan. Lalu, Mei memasuki masa transisi dari musim hujan ke kemarau.

Pada Juni-Agustus sebagian besar wilayah seperti Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan dan Papua diprakirakan mendapatkan curah hujan kategori menengah-rendah (20-150 mm/bulan). September diprediksikan juga masih kemarau, sementara Oktober memasuki transisi musim kemarau ke musim hujan dan diprakirakan November kembali memasuki musim hujan.

Herizal menambahkan, musim kemarau diperkirakan lebih basah dibandingkan normalnya karena itu tetap perlu diwaspadai potensi bencana hidrometeorologi hingga April 2021. "Musim kemarau tahun ini tidak sekering musim kemarau pada biasanya atau juga dibandingkan musim kemarau 2019," kata dia.

Karena itu, ia mengatakan, masih perlu diwaspadai potensi banjir yang berpeluang terjadi pada Maret-April 2021. Namun, ia mengatakan, semua pihak perlu memanfaatkan potensi curah hujan kategori menengah dan tinggi pada Maret dan April untuk mengisi waduk, bendungan dan embung sebagai cadangan air untuk mengantisipasi musim kemarau.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement