REPUBLIKA.CO.ID, Bulan Rajab termasuk bulan yang dihormati, dalam Alquran, Allah SWT bahkan menyebutnya sebagai Ashurul Hurum (bulan suci), sama halnya dengan Muharram, Dzulqaidah dan Dzulhijjah. Saking mulianya bulan-bulan itu, Allah SWT melarang terjadinya peperangan.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS At-Taubah: 36)
Bulan Haram biasanya selalu diisi dengan berbagai jenis peribadatan dan ritual, salah satunya puasa. Direktur Rumah Fiqih Indonesia, Ahmad Sarwat Lc MA mengatakan, terdapat beberapa jenis puasa Rajab, mulai dari puasa khusus pada 1 Rajab, Nisfu Rajab, 27 Rajab, awal, pertengahan dan akhir Rajab, atau sekurang-kurangnya sehari pada bulan Rajab.
“Tidak ada satupun ulama yang berpendapat untuk mewajibkan semua amalan itu. Diskusinya hanya sebatas apakah mengamalkan amalan ini punya landasan dari Rasulullah atau para sahabat atau tidak,” ujar Ustadz Ahmad Sarwat saat dihubungi Republika,co.id, Sabtu (20/2).
Dia menjelaskan bahwa hingga kini tidak pernah ada ulama yang menyepakati masalah ini. Adapula yang menganggapnya bidah bahkan memakruhkannya. Namun ada sebagian ulama yang justru menyebutnya sebagai ibadah sunnah.
Dalam bukunya berjudul ‘Masuk Neraka Gara-gara Puasa Rajab?’...