Sabtu 20 Feb 2021 22:35 WIB

Presiden Prancis: Barat Harus Sumbang Vaksin ke Afrika

Presiden Prancis mengingatkan perlunya kontribusi untuk Vaksin Afrika

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengingatkan perlunya kontribusi untuk Vaksin Covid-19 di Afrika
Foto: FRANCOIS MORI / POOL/AP POOL
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengingatkan perlunya kontribusi untuk Vaksin Covid-19 di Afrika

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS— Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Jumat (19/2), mengatakan Eropa dan Amerika Serikat harus segera menyumbang vaksin Covid-19 ke Afrika sehingga negara-negara di benua itu dapat memvaksin tenaga kesehatannya.

Jika bantuan vaksin tidak segera diberikan, China dan Rusia akan segera merebut pengaruh negara-negara Barat di Afrika. Macron pada pekan ini mendesak Eropa dan Amerika Serikat mengalokasikan lima persen dari total persediaan vaksinnya untuk negara-negara berkembang demi mencegah adanya kesenjangan vaksin antarnegara di dunia.

Baca Juga

Presiden Macron, saat berbicara di Munich Security Conference setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Kanselir Jerman Angela Markel, mengatakan langkah pertama yang harus dilakukan ialah mengirim 13 juta dosis ke Afrika. Jumlah itu, menurut Macron, cukup untuk diberikan ke seluruh tenaga kesehatan di Afrika.

"Jika kita pada hari ini (tidak segera, red) mengalokasikan miliaran uang untuk mengirim dosis (vaksin, red) dalam waktu enam bulan, delapan bulan, satu tahun, maka teman kita di Afrika, yang terus mendapat tekanan dari rakyat, maka mereka akan membeli (vaksin, red) dari China dan Rusia," kata Macron ke para peserta konferensi di Munich, Jerman."Kekuatan Barat tidak hanya jadi sebuah konsep, tetapi jadi aksi nyata," ujar Macron menambahkan.

Macron menyebut 13 juta dosis vaksin setara dengan 0,43 persen total vaksin yang dipesan oleh Eropa dan Amerika Serikat.Kelompok tujuh negara kuat dunia (G7) pada Sabtu (20/2) menegaskan dukungan mereka untuk negara-negara rentan, terutama terkait pengadaan vaksin.Oxfam France mendesak negara-negara G7 untuk berhenti memonopoli vaksin dari perusahaan farmasi di negaranya masing-masing. Jika monopoli dihentikan, maka itu akan jadi cara "tercepat, teradil, dan terefektif untuk meningkatkan produksi vaksin sehingga negara-negara tidak perlu berebut vaksin," kata Oxfam sebagaimana dikutip dari pernyataan tertulisnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (18/2) mendesak negara-negara yang memproduksi vaksin Covid-19 tidak hanya mengurusi kepentingan dalam negeri, tetapi juga menyumbangkan vaksin ke negara-negara miskin dan berkembang lewat kerja sama pengadaan vaksin dunia (COVAX).

Miliarder dan filantropis, Bill Gates, dalam konferensi yang sama, jika negara-negara mengambil langkah yang tepat maka kesenjangan vaksinasi Covid-19 antarnegara kaya dan berkembang dapat menyempit sampai enam bulan.  

sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement