REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Mayoritas penduduk di Eropa dan Amerika Utara meyakini agama Kristen yang menjadi agama utama di wilayah ini akan mengalami kemunduran.
Hal tersebut dibuktikan dengan data antara tahun 1950 dan 2015, menurut angka sensus yang dikumpulkan World Religion Database, sebuah proyek komparatif besar yang berbasis di Universitas Boston, bagian populasi dunia yang beragama Islam meningkat dari 13,6 persen menjadi 24 persen. Selama periode yang sama, populasi Kristen turun dari 35 persen menjadi 33 persen.
Namun angka tersebut ternyata tidak berlaku jika diterapkan untuk setiap wilayah atau negara. Agama kristen telah tumbuh perlahan sejak 1950 karena pada tahun itu ia terkonsentrasi di dua wilayah, seperti Eropa, yang padat tetapi tumbuh lambat, dan Afrika yang tumbuh cepat tetapi masih kecil.
Meskipun umat Kristen berjumlah kurang dari tiga persen di Asia pada 1950 dan meningkat hingga sembilan persen di pada 2015, faktanya tidak menjadikan bayi yang lahir dari orang tua Kristen akan menganut agama yang sama.
Sedangkan Islam telah tumbuh dengan cepat sejak 1950 karena terkonsentrasi di wilayah padat penduduk selama 65 tahun ke depan, terutama di Asia.
Sementara itu pada 1950, Muslim mewakili 36 persen populasi Afrika dan meningkat pada 2015 menjadi 41,8 persen. Sedangkan umat Kristen hanya 21 persen dari populasi pada 1950, tetapi pada 2015 angka ini telah meningkat menjadi 48,5 persen.
Penyebab meningkatnya unat Kristen di Afrika adalah semakin berkembangnya gereja evangelis dan pantekosta di seluruh benua, dari Abidjan hingga Zanzibar.
Secara historis, agama telah bersaing dalam tiga cara, perang dan penaklukan, persaingan demografis, dan pendekatan persuasif. Perang dan penaklukan merupakan upaya pertama dari persaingan agama sepanjang sejarah sampai abad kesembilan belas, dan persaingan demografis sangat penting untuk sebagian besar abad ke-20.
Terlepas dari pergolakan di Timur Tengah, perang dan penaklukan telah menurun drastis dalam beberapa dekade terakhir. Dan persaingan demografis akan mulai menurun karena perempuan di dunia secara bertahap hanya ingin memiliki lebih sedikit anak.
Hal tersebut karena perempuan kini lebih berpendidikan dan bebas bekerja demi uang, Mereka memilih untuk memiliki lebih sedikit anak, apapun yang dikatakan oleh uskup ataupun imam mereka.
Terbukti dengan kelahiran di Iran yang mayoritas muslim turun drastis pada 1980-an dan 1990-an seperti yang terjadi di China di bawah kebijakan satu anak satu dekade sebelumnya. Demografi lambat laun tidak lagi menjadi faktor pendorong bertambahnya penganut agama satu dengan lainnya.
Sumber: tse-fr