UMKM Jatim Didorong Lakukan Diversifikasi Usaha
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Dana bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). (ilustrasi) | Foto: www.inilahjabar.com
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur mencatat, pertumbuhan ekonomi Jatim sepanjang 2020 terkontraksi 2,39 persen bila dibanding tahun sebelumnya (C-to-C) sebagai dampak pandemi Covid-19. Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, hingga kini, pandemi belum bisa diprediksi kapan berakhirnya. Ia pun mendorong UMKM bisa beradaptasi dengan melakukan penyesuaian, agar bisa bertahan hingga mendorong kembangkitan ekonomi Jatim.
Berdasarkan survei BPS pada Juli 2020 tentang dampak Covid-19 terhadap pelaku usaha di Jatim menunjukkan, sebanyak 59,5 persen Usaha Mikro Kecil (UMK) dan 53,7 persen Usaha Menengah Besar (UMB) masih tetap beroperasi normal di tengah pandemi. Namun, 84 persen UMK dan 85 persen UMB cenderung mengalami penurunan pendapatan sejak pandemi terjadi.
Maka dari itu, Emil mendorong UMK melakukan diversifikasi usaha bila ingin bertahan di tengah pandemi Covid-19. Data yang disebutkannya, sebanyak 16 persen Usaha Mikro Kecil (UMK) dan 11 persen Usaha Menengah Besar (UMB) di Jatim sudah melakukan diversifikasi usaha tersebut.
“Bahkan sekarang banyak usaha kuliner yang dia hanya jual untuk delivery sistem lewat aplikasi ojek daring. Jadi dia tidak melayani makan di tempat, jadi hanya open kitchen saja tidak perlu sewa tempat luas hanya cukup untuk memasak saja kemudian makanannya dijual lewat aplikasi,” kata Emil di Surabaya, Ahad (21/2).
Penggunaan penjualan daring diakuinya marak dimanfaatkan. Di masa pandemi, sekitar 83 persen UMK dan 80 persen UMB mengakui adanya pengaruh positif dalam menggunakan media online untuk pemasaran. Tak hanya sektor transportasi, transaksi dagang secara daring juga diakui banyak peningkatan.
"Maka visualisasi produk harus bagus. Jadi bukan hanya packaging tapi juga foto produk sehingga punya daya saing," ujarnya.
Praktisi ekonomi Hadi Prasetyo mengatakan, sektor yang paling bisa survive saat krisis yakni lapangan usaha pertanian dan perikanan. Bidang usaha mikro, menengah, kecil dan koperasi juga menjadi bagian yang bisa bertahan, namun tetap harus mendapat perhatian serius.
"Usaha mikro, kecil, koperasi dan usaha menengah harus difasilitasi secara optimal untuk melalui krisis," ujar Hadi
Hadi menyebutkan, bantuan keuangan ekonomi produktif merupakan instrumen yang efektif. Terutama dalam mengarahkan, sekaligus mengkonsolidasikan survival ekonomi saat krisis. Program ekonomi produktif melalui bantuan keuangan provinsi kepada kabupaten/ kota, dirasanya sangat mendukung ketahanan krisis.
"Menuju pascakrisis, ekonomi Jatim perlu diarahkan pada produk unggulan yang melibatkan UMKM serat berbasis kawasan," ujarnya.