REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana mendistribusikan vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca, pabrikan asal Inggris, di provinsi tertentu saja. Skema ini berbeda dengan distribusi vaksin Covid-19 produksi Sinovac, asal China, yang merata di seluruh provinsi. Vaksin Sinovac sendiri sudah disuntikkan kepada lebih dari 1 juta penduduk Indonesia, sampai hari ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) beralasan, mekanisme tersebut dilakukan karena masing-masing vaksin dari pabrikan yang berbeda memiliki metode penyimpanan yang berbeda pula. Jika vaksin AstraZeneca didistribusikan khusus di satu wilayah saja, cara ini diyakini lebih memudahkan proses distribusi dan memastikan kualitasnya terjaga.
"Sehingga pengelolaan manajemennya akan lebih mudah, ini yang belum diputuskan. Misalnya AstraZeneca khusus di provinsi tertentu. Karena ini dua kali (dosis suntikan) semuanya, tapi jeda waktu penyuntikan antardosis berbeda," ujar Jokowi dalam dialog bersama sejumlah pimpinan media massa di Istana Merdeka, Rabu (17/2).
Presiden mengutip informasi yang ia terima, jeda waktu penyuntikan dosis pertama dan kedua untuk vaksin AstraZeneca yakni rentang satu hingga dua bulan. Sedangkan dosis kedua vaksin Sinovac disuntikkan berselang dua pekan dari penyuntikaan dosis pertama.
"Yang ini (AstraZeneca) juga masih belum jelas, yang satu bulan untuk siapa, dua bulan untuk siapa. Ini saya kira arahnya ke sana," kata Jokowi.
Dalam kesempatan yang sama, presiden merinci bahwa sebanyak 4,6 juta dosis vaksin produksi AstraZeneca dijadwalkan tiba di Indonesia akhir Februari atau awal Maret 2021 mendatang. Angka tersebut akan menambah jumlah pasokan vaksin Covid-19 yang tersedia di dalam negeri. Sebelumnya, 28 juta dosis (termasuk bulk) vaksin dari Sinovac sudah tiba lebih dulu di Tanah Air.