REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah melaksanakan vaksinasi Covid-19 untuk kelompok tenaga kesehatan (Nakes) mulai 13 Januari lalu hingga saat ini. Namun, persediaan vaksin Covid-19 di Indonesia kini menipis.
"Saat ini stok vaksin sebanyak 20 persen yang beredar di seluruh wilayah Indonesia yang didistribusikan di 13 ribu fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes). Bahkan, stok di beberapa Fasyankes menipis karena menjaga untuk vaksinasi kedua," ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat konferensi virtual Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bertema Webinar Series Tim Advokasi Vaksinasi-Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Ahad (21/2).
Kemenkes mencatat sebanyak 1.224.091 Nakes telah mendapatkan imunisasi pertama dan 732.634 Nakes telah mendapatkan vaksinasi kedua hingga 20 Februari 2021. Ia menambahkan, total sasaran vaksinasi 1.468.764.
"Artinya cakupan imunisasi Nakes mencapai 83,57 persen," ucapnya.
Kendati demikian, semakin berkurangnya vaksin membuat pihaknya khawatir. Jangan sampai Nakes yang sudah mendapatkan vaksinasi pertama namun belum mendapatkan vaksin kedua. "Karena kita (Indonesia) sangat tergantung pada produsen vaksin yang akan mengirimkannya," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah ini, dia menambahkan, Dinas Kesehatan (Dinkes) fokus pada Fasyankes tertentu. Upaya ini dilakukan untuk lebih memudahkan distribusi vaksin di puskesmas dan rumah sakit yang jadi prioritas vaksin tahap I.
Sebab, dengan jumlah vaksin yang tersedia untuk Nakes tidak mungkin bisa membuat pihaknya bisa mendistribusikan ke seluruh Fasyankes karena jumlahnya yang sangat sedikit. Artinya kalau ketersediaan vaksin hanya 15 persen, maka pasti vaksin tidak akan bisa didistribusikan pada seluruh Fasyankes.
Selain itu, Siti Nadia melanjutkan Kemenkes juga mendistribusikan 7 juta dosis Vaksin Sinovac buatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Penghasil Vaksin Bio Farma yang sudah mendapatkan izin edar darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Ini refill gap," ucapnya.
Kemudian, dia melanjutkan, vaksin dilanjutkan dan menprioritaskan imunisasi nakes yang tersisa atau yang belum divaksin. Oleh karena itu, pihaknya berharap nakes yang mengalami penundaan vaksin atau batal bisa membuat janji dengan Fasyankes, supaya bisa dihitung berapa yang divaksin. Kemudian jika stok vaksin masih ada maka bisa dilakukan penyuntikan. Tetapi kalau persediaan belum ada bisa dijadwalkan.
Kemudian Fasyankes bisa mendaftarkan ke Dinas Kesehatan dan minta menempatkan vaksin. "Untuk seluruh nakes dijamin ketersediaannya meski bersamaan dengan vaksin tahap II untuk petugas pelayanan publik dan lanjut usia," katanya.