REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kekalahan banding kritikus Kremlin Alexei Navalny dinilai sebagai keputusan bermotif politik untuk memenjarakannya selama hampir tiga tahun. Meski begitu kekalahan hukum itu telah diantisipasi oleh para pendukungnya.
“Negara kami dibangun di atas ketidakadilan. Tapi puluhan juta orang menginginkan kebenaran. Dan cepat atau lambat mereka akan mendapatkannya," ujar Navalny pada Sabtu(20/2).
Navalny menyatakan, tidak menyesal kembali ke Rusia. Dia yakin perjuangan pada kebenaran yang sedang dijalankannya.
Kritikus Presiden Vladimir Putin yang paling terkemuka, kembali ke Rusia bulan lalu dari Jerman. Dia telah pulih dari keracunan yang hampir mematikan di Siberia pada bulan Agustus dengan agen saraf.
Hakim Dmitry Balashov menolak banding Navalny terhadap putusan 2 Februari. Dia mengubah hukuman yang ditangguhkan pada 2014 atas tuduhan penggelapan dengan pembebasan bersyarat.
Hakim memutuskan untuk menghitung enam minggu Navalny menjadi tahanan rumah sebagai bagian dari waktu bertugas. Dia sekarang akan dipenjara selama lebih dari dua setengah tahun di jumlah hukuman.