Ahad 21 Feb 2021 21:05 WIB

Menlu Iran Sebut Negara Barat Munafik Soal Nuklir

AS belum kembali kepada kesepakatan nuklir Iran

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif
Foto: AP/Matias Delacroix
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, menuduh kekuatan Barat munafik. Penyataan itu muncul setelah laporan Israel menyatakan Iran memperluas pabrik uranium tingkat penggunaan untuk senjata.

Zarif menyinggung laporan media tentang pekerjaan baru yang sedang berlangsung di fasilitas Dimona di gurun Negev. Dia bertanya kepada Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin barat yang tersisa pada kesepakatan energi nuklir 2015 dengan Iran tentang kekhawatiran pengembangan tersebut. 

Baca Juga

Awal pekan ini Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (AS) menuntut agar Iran menghentikan pengayaan uranium. Pada Januari, pabrik Fordow Iran melanjutkan penyulingan uranium menjadi 20 persen konsentrasi isotop fisil uranium-235 dengan kecepatan setengah kilogram per hari. Tingkat kemurnian itu jauh di bawah tingkat 90 persen yang dibutuhkan untuk senjata nuklir, tetapi lebih tinggi daripada yang digunakan di kebanyakan reaktor nuklir.

Mereka juga memperingatkan Teheran agar tidak memblokir inspeksi Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Badan tersebut telah diamanatkan di bawah Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) kecuali semua pihak lain menghormati komitmen mereka sendiri di bawah pakta tersebut.

Washington belum kembali dalam JCPOA setelah presiden Donald Trump menarik diri pada 2018. AS pun memberlakukan kembali sanksi terhadap ekspor minyak Iran yang dicabut berdasarkan kesepakatan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement