REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan AS akan melanjutkan 'tindakan tegas' terhadap kekerasan pihak berwenang Myanmar dalam menindak oposisi kudeta. Pernyataan yang diunggah melalui Twitter Senin (22/2) itu disampaikan setelah dua orang pengunjuk rasa tewas ditembak.
"Amerika Serikat akan melanjutkan tindakan tegas terhadap mereka yang telah melakukan tindak kekerasan terhadap rakyat Burma saat mereka menuntut kekuasaan pemerintah yang mereka pilih di kembalikan, kami bersama rakyat Burma," cicit Blinken.
Sepuluh hari yang lalu AS memberlakukan sanksi pada sejumlah pejabat militer Myanmar. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab akan membahas krisis di Myanmar dalam pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB pada Senin (22/2).
Raab mengungkapkan kekhawatirannya mengenai meningkatnya eskalasi menyusul gelombang demonstrasi menentang kudeta militer di Myanmar. Dalam keterangan yang dirilis kantornya pada Ahad (21/2), Raab menyebut situasi di Myanmar kian memburuk.
Menurutnya, hal itu menghadirkan peningkatan risiko bagi Rohingya dan etnis minoritas lainnya. Ia meminta agar para pemrakarsa kudeta di Myanmar mundur dan membebaskan para pemimpin sipil yang ditahan, termasuk Aung San Suu Kyi.
"Keinginan demokratis rakyat Myanmar harus dihormati," ujar Raab.
Baca juga : Menlu Iran Sebut Negara Barat Munafik Soal Nuklir