REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Sopaat Rahmat Selamet | Wakil Ketua MPI PW Muhammadiyah Jabar, dosen UM Bandung
Bangsa Eropa yang berkunjung ke Indonesia di awal abad ke-20 M menemukan sebuah daerah dengan kota kecil yang mirip negeri Swiss, itulah (kabupaten) kota Garut. Kepopuleran Garut sebagai Swiss van Java tidak lepas dari jasa promosi wisata saat itu.
Jepretan fotografer profesional, Thilly Wissenborn, seorang wanita keturunan Jerman-Belanda yang puluhan tahun sempat tinggal di kota Garut. Buah tangan Thilly Wissenborn di studio fotonya dikirim kepada kerabat dan teman-temannya di Eropa membuat banyak orang tertarik dan takjub dengan pesona keindahan kota Garut yang dikeliling gunung (Gunung Papandayan yang mengepulkan asap belerangnya, Gunung Guntur, dan Gunung Cikuray) dan dihiasi dengan danau yang indah, Situ Bagendit dan Situ Cangkuang.
Amat wajar, bila sosok pemuda Malik—kelak setelah dewasa dikenal sebagai Hamka—pun pernah dan sering berkunjung ke kota Garut. Hamka hanya populer di tahun 1920-an ketika datang ke Jawa, menuju kota Jogya dan Pekalongan, untuk menimba ilmu.
Hamka muda luput dari catatan, bahwa beliau pernah berkunjung sebagai wisatawan lokal ke kawah Kamojang, Garut. Bahkan Hamka sering menginap di kota Garut di rumah seorang tokoh Muhammadiyah lokal. Tetapi memori kolektif warga Muhammadiyah Garut—khususnya keluarga perintis Muhammadiyah lokal—mencatat kalau Hamka muda dekat dengan kota Garut.