REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dr. Dewi Hidayati mengomentari adanya 52 ikan paus pilot yang terdampar di Perairan Madura pada Kamis (18/2). Pakar biologi kelautan itu menuturkan, berdasarkan beberapa jurnal, dalam periode tertentu ikan paus akan melakukan migrasi yang dilakukan secara berkelompok.
"Umumnya, paus yang bermigrasi melalui perairan Indonesia adalah jenis paus pilot atau short-finned pilot whale," ujarnya di Surabaya, Senin (22/2).
Dewi memperkirakan, puluhan paus yang terdampar tersebut diperkirakan berasal dari perairan Australia dan hendak melewati perairan Indonesia. Ia menjelaskan, migrasi paus pilot umumnya mencapai puncak pada Februari dan Mei.
“Pada penelitian tersebut dan juga beberapa laporan lain menyebutkan bahwa paus umumnya akan melewati jalur yang sama untuk bermigrasi,” kata Dewi.
Berbicara tentang kemampuan paus yang bisa mengingat jalur yang dilalui setiap tahunnya, hal ini bisa dilakukan berkat adanya biomagnitit. Dewi menjelaskan, yang dimaksud biomagnitit adalah zat yang berada pada retina cetacea yang mempunyai fungsi sebagai indra magnetis yang membantu mereka mengetahui ke arah mana bergerak. “Hal ini membuat paus peka terhadap perubahan medan magnet bumi,” ujarnya.
Ia menambahkan, paus yang mengikuti jalur magnet ini kemungkinan besar akan terdampar di daerah yang jalurnya berbelok. “Kemungkinan termasuk di beberapa perairan pantai Pulau Madura dan kawasan Selat Madura,” kata dia.
Ia menjelaskan, perubahan yang terjadi pada navigasi paus juga bisa dipengaruhi berbagai faktor. Mulai cuaca ekstrem, gelombang sinar matahari, perubahan garis pantai, paus sakit, dan bisa saja dari aktivitas kilang minyak yang berada di sekitar perairan.
“Karena ada juga referensi yang mengatakan bahwa rig (bangunan lepas pantai, red) dijadikan patokan magnetik bagi paus,” kata dia.