REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Serikat pendidikan Maroko menolak normalisasi pendidikan dan budaya apa pun dengan Israel. Penolakan itu disampaikan di tengah rencana Rabat dan Tel Aviv untuk mengimplementasikan program pendidikan bersama.
Dalam sebuah surat kepada Menteri Pendidikan Nasional Said Amzazi, Federasi Pendidikan Nasional memperingatkan agar tidak memasukkan warisan Yahudi ke dalam kurikulum Maroko. Serikat pekerja mengecam langkah tersebut dan menyebutnya upaya untuk mengubah sistem pendidikan untuk menerima normalisasi.
Pekan lalu, Amzazi mengatakan kepada Perusahaan Penyiaran Israel bahwa dia menawarkan mitranya dari Israel, Yoav Galant, perjanjian untuk pertukaran pelajar. Kedua menteri juga sepakat untuk menggelar Festival Mimouna, yang dirayakan oleh penduduk Yahudi Maroko, dan melibatkan pelajar Israel dan Maroko pada 4-5 April mendatang.
Pada 10 Desember, Israel dan Maroko mengumumkan dimulainya kembali hubungan diplomatik antara kedua negara setelah 20 tahun putus hubungan. Pada 2000, Maroko menutup kantor penghubungnya di Israel sebagai tanggapannya atas kekerasan Israel terhadap orang-orang Palestina, sekaligus penangguhan pembicaraan damai dengan Palestina.
Tahun lalu, Maroko menjadi negara Arab keempat yang menormalisasi hubungan dengan Israel setelah Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan.
*Ibrahim Mukhtar dari Ankara turut berkontribusi dalam laporan ini