REPUBLIKA.CO.ID, PASAMAN -- Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) resor Pasaman Rusdiyan mengonfirmasi adanya temuan jejak kaki harimau Sumatra di Jorong Pagaran Tanjung Botung, Nagari Koto Nopan, Kecamatan Rao Utara, Kabupaten Pasaman, Sumbar. BKSDA memastikan jejak yang dilaporkan oleh masyarakat itu setelah melakukan pengecekan ke lapangan.
"Kita telah melakukan pengecekan di lapangan dan membenarkan adanya jejak harimau sumatera tersebut. Kita sudah ajarkan masyarakat cara penghalauan. Kita tinggalkan meriam secara swadaya," kata Rusdiyan, Senin (22/2).
Rusdiyan menyebut, mereka mengedukasi warga sekitar untuk mengusir harimau tersebut supaya dapat menghindari konflik. Karena temuan jejak kaki harimau Sumatra atau Pathera Tigris Sumatrae itu berada di dekat lokasi MCK.
Alat pengusir harimau yang dititipkan BKSDA untuk warga berupa meriam yang terbuat dari besi dan berbahan ledak karbit. Selain itu, BKSDA juga mengimbau warga yang hendak ke ladang supaya tidak bepergian seorang diri.
Warga melaporkan ada temuan jejak harimau pada Rabu (17/2) lalu. Jejak harimau terlihat dengan dua ukuran. BKSDA menduga harimau yang berkeliaran terdiri dari induk dan anak.
Kawasan temuan jejak harimau di Jorong Pagaran Tanjung Botung, Nagari Koto Nopan, Kecamatan Rao Utara ini memang tidak jauh dari kawasan hutan lindung.
Menurut Rusdiyan, harimau hanya melintas di dekat pemukiman warga tersebut. Dan selama ini memang kerap laporan warga yang mendengar auman harimau.
"Masyarakat sudah terbiasa mendengar suara auman dari harimau sumatra. Hal ini karena lokasi tinggal warga di dekat hutan itulah resikonya. Sama dengan masyarakat yang tinggal di dekat muara yang bertemu dengan buaya," ujar Rusdiyan.