REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pujian pada dasarnya adalah hak dan kepatutan yang hanya tepat diberikan kepada Allah SWT. Dialah satu-satunya Dzat yang pantas dipuji.
Hal ini sebagaimana makna dari salah satu ayat yang kerap kita baca sehari-hari, yaitu surat Al-Fatihah. Dalam ayat kedua surat pembuka Alquran itu, Allah SWT berfirman:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” Dikutip dari Tafsir Tahlili Surat Al Fatihah ayat 2, Al-Quran Kementerian Agama, dijelaskan bahwa pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya. Lafadz Alhamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya.
Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah sajalah yang berhak dipuji.
Orang yang menyebut alhamdulillaah bukan hanya mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia memuji Allah.
Lafadz Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan berangsur-angsur.
Lafaz ‘alamin artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain.
Ada mufasir (ahli tafsir) mengkhususkan lafaz ‘alamin pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya amat luas.
Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.
Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari pertumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan, dan inayah atau pertolongan-Nya.