REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO— Pihak berwenang Libya mengatakan mereka menggerebek penjara rahasia yang digunakan kelompok penyelundup manusia. Dalam penyergapan itu polisi berhasil membebaskan 156 imigran dari Afrika termasuk 15 perempuan dan lima orang anak-anak.
Penyergapan di Kota Kufra dilakukan pada Ahad (21/2) setelah seorang imigran berhasil melarikan diri dari rumah yang diubah jadi penjara itu pekan lalu. Biro keamanan Kufra mengatakan imigran itu melaporkan pengalamannya dan memberitahu petugas tempat para imigran ditahan dan disiksa oleh pelaku penyeludupan manusia.
Pasukan keamanan menangkap enam orang pelaku penyeludupan. Biro keamanan Kufra mengatakan para tersangka sudah diserahkan ke jaksa untuk penyelidikan lebih lanjut.
Para imigran yang berasal dari Somalia, Eritrea, dan Sudan sudah dibebaskan dan dibawa ke pusat pemukiman sementara. Di sana mereka mendapatkan makanan, pakaian dan selimut.
Penggerebekan ini menunjukkan bahaya yang dihadapi pengungsi dan imigran di Libya yang hancur oleh perang. Negara itu menjadi titik transit imigran Afrika dan Arab yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan untuk menuju Eropa.
Libya terperosok dalam kekacauan sejak revolusi Arab pada 2011 yang menggulingkan diktator Muammar Qaddafi. Negara itu memiliki dua pemerintah yang saling bermusuhan.
Penyelundup memanfaatkan kekacauan dan kerap memaksakan para keluarga yang putus asa ke atas kapal karet untuk berlayar di Laut Mediterania yang berbahaya. Sudah ribuan imigran yang tewas tenggelam dalam perjalanan mereka menuju Eropa. Sementara yang lainnya ditahan di penjara rahasia para penyelundup atau pusat penahanan pengungsi yang penuh.