REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Anggota parlemen Kanada menyetujui keputusan rapat pada Senin malam yang mengakui perlakuan China terhadap Uighur sebagai genosida. House of Commons Kanada memilih untuk menerima China melakukan genosida terhadap lebih dari satu juta orang Uighur di wilayah Xinjiang barat.
Namun, Kabinet Perdana Menteri Justin Trudeau abstain dalam pemungutan suara. “Sebuah genosida saat ini sedang dilakukan terhadap Uighur dan Muslim Turki lainnya,” kata mosi yang disahkan oleh Parlemen Kanada dalam pemungutan suara 266-0.
Seorang pejabat yang berbicara kepada The Associated Press (AP) mengatakan, menteri luar negeri Kanada akan memperjelas posisi pemerintah. Kerja sama dengan sekutu dan mitra internasional saat ini diperlukan. Pemimpin Partai Konservatif, Erin O'Toole, mengatakan, sinyal harus dikirim ke rezim China.
Setelah O'Toole mendesak pemerintah pada pekan lalu untuk menekan Komite Olimpiade Internasional agar memindahkan Olimpiade Musim Dingin 2022 dari Beijing, Trudeau ragu-ragu menggunakan kata 'genosida' pada China.
Langkah tersebut adalah upaya terbaru untuk meminta pertanggungjawaban China atas perlakuannya terhadap Uighur dan minoritas Muslim serta etnis Turki lainnya yang telah menjadi sasaran tindakan keras. Para peneliti dan kelompok hak asasi memperkirakan, sejak 2016, China telah mengumpulkan satu juta atau lebih orang Uighur dan minoritas lainnya ke dalam penjara dan kamp indoktrinasi besar yang China sebut pusat pelatihan.
Laporan penganiayaan pertama muncul pada 2017 dan sejak itu sekitar satu juta orang Uighur telah ditempatkan di lebih dari 400 kamp konsentrasi. PBB dan berbagai media telah melaporkan kekejaman tersebut.
Baca juga : Isu Uighur Dorong 12 Perusahaan Jepang Putus Bisnis China
Mereka mengatakan, minoritas Uighur yang tinggal di kamp-kamp interniran menjadi sasaran pelecehan seksual, sterilisasi paksa, pemukulan, dan pelecehan lainnya. Sekitar 10 juta orang Uighur mendiami Provinsi Xinjiang.