REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Proses relokasi warga terdampak bencana tanah longsor di Kampung Cipager dan Kampung Babakan Kawung, Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, mengalami kendala. Warga disebut belum sepenuhnya sepakat untuk melakukan relokasi.
Bupati Garut, Rudy Gunawan mengatakan, terdapat beberapa alasan proses relokasi masih terkendala. Salah satu kendalanya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut masih kesulitan mencari tanah untuk relokasi warga terdampak longsor. "Kami kesulitan mencari tanah," kata dia, Selasa (23/2).
Ia menjelaskan, beberapa waktu lalu, Pemkab Garut sudah ingin membeli lahan seluas satu hektare untuk tempat relokasi. Namun, lahan itu dinyatakan berbahaya lantaran lokasinya berdekatan dengan pusat longsoran. "Kan sama saja bahayanya," ujar dia.
Selain itu, Rudy menambahkan, berdasarkan hasil musyawarah dengan warga terdampak, mereka tak mau direlokasi ke luar dari kampungnya. Saat ini, pihaknya masih terus melakukan negosiasi dengan warga agar mau direlokasi ke tempat aman.
Ia mengakui, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebenarnya sudah merekomendasikan warga di wilayah itu untuk relokasi sejak beberapa tahun lalu. Sebab, wilayah itu memang memiliki potensi bencana tanah longsor.
Namun, ketika itu warga tak mau direlokasi. Bahkan, setelah kejadian bencana saat ini, warga masih tak mau direlokasi ke luar kampung itu.
"Sekarang saja enggak mau ke luar kampung, maunya di sana terus. Kami lagi negosiasi dengan warga agar mau direlokasi. Jadi kita dapat melakukan langkah yang cepat," kata dia.