Selasa 23 Feb 2021 14:28 WIB

Pakar Ingatkan Ancaman Ketahanan Pangan Bisa Meningkat

Tahun ini indeks harga pangan mengalami lonjakan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang memajang barangnya di pasar tradisional di Banda Aceh, Indonesia, 22 Februari 2021. Ancaman terhadap ketahanan pangan global pada tahun ini meningkat.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Pedagang memajang barangnya di pasar tradisional di Banda Aceh, Indonesia, 22 Februari 2021. Ancaman terhadap ketahanan pangan global pada tahun ini meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, mengingatkan pemerintah soal adanya peningkatan ancaman terhadap ketahanan pangan global pada tahun ini akibat dampak krisis virus corona. Ia mengatakan, hal itu bisa terjadi jika krisis pandemi mulai menimbulkan kekisruhan pada alur rantai pasok global.

Dorodjatun mengatakan, indeks harga pangan global saat sebelum maupun ketika Covid-19 masih cukup baik dan tidak menjadi persoalan serius. Namun, beranjak 2021, indeks harga pangan mengalami lonjakan.

Baca Juga

Ia mencatat, angka indeks harga pangan dunia per Desember 2019 secara tahunan sebesar 10,7 persen. Adapun per Desember 2020, indeks turun ke lvel 9,3 persen. Namun, memasuki Februari 2021, indeks harga melonjak menjadi 29,5 persen.

"Beruntung di tengah pandemi food belum menjadi soal. Tapi, memasuki Februari, melihat ini kaget saya, harga pangan global mulai naik. Bisa jadi ada krisis di sektor pertanian," kata Dorojdatun dalam sebuah webinar, Selasa (23/2).

Dia mengingatkan, masalah ketahanan pangan jika tidak dapat teratasi akan sangat berbahaya bagi Indonesia. Pasalnya, dunia tengah menghadapi masa pandemi Covid-19 yang membuat lapangan pekerjaan sulit dicari.

Kenaikan indeks harga pangan tersebut harus bisa dicermati dengan baik. Menurutnya, pandemi pada dasarnya bukan menganggu kegiatan pertanian. Namun, arus logistik yang mengalami kendala. Itu terbukti dari adanya kesulitan mendapatkan container untuk rantai pasok global.

Hal lain yang bisa menjadi penyebab apabila negara-negara eksportir pangan mulai membatasai ekspor karena berbagai alasan di negara masing-masing. "Kalau muncul kerisauan di pasar komoditas global, itu terkati pada gangguan rantai pasok global, bukan pada rantai perdagangan pangan global," ujar dia.

Di sisi lain, menurutnya, adanya varian baru virus corona menimbulkan kekhawatiran karena disebut lebih berbahaya dari pada virus yang saat ini sudah menyebar ke berbagai belahan dunia. "Ini banyak didiskusikan, lalu apakah China dengan vaksin-vaksinnya bisa hadapi varian virus ini? Saya sangat memperhatikan (dampak) terhadap commodity market," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement