REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Unit Observasi Global Atmosopheric Watch (GAW) Kototabang, Wan Dayantolis mengatakan kebakaran lahan yang terjadi di beberapa daerah di Sumatra Barat seperti di Agam dan Padang Pariaman mempengaruhi penurunan kualitas udara.
"Sebulan terakhir memang sudah terpantau titik hotspot di Sumbar dan beberapa provinsi sekitar seperti Riau, Jambi dan Sumsel. Ini akibat rendahnya curah hujan," kata Dayan, Selasa (23/2).
Dayan menjelaskan selain faktor curah hutan yang rendah, penurunan kualitas udara di Sumbar juga dipengaruhi pola angin selama Februari 2021 ini. Pada periode itu, angin yang bertiup di Sumbar berasal dari utara hingga timur laut sehingga udara di Sumbar diperburuk oleh kebakaran hutan dan lahan di provinsi Riau.
Berdasarkan pantauan dan prediksi BMKG, curah hujan masih akan rendah pada Maret nanti sehingga masih ada potensi penurunan kualitas udara.
"Kami imbau kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas pembakaran sampah untuk menjaga kuallitas udara di Sumbar," ucap Dayan.
Dayan menerangkan berdasarkan simulasi model CAMS ECMWF pada 18 hingga 20 Februari 2021, ada potensi penyebaran polutan udara berupa PM2.5 dari arah utara timur laut mendekati wilayah Sumatra Barat.
Daerah kabupaten kota yang berpotensi mengalami kenaikan konsentrasi PM2.5 adalah Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Agam, Kota Payakumbuh, Kabupaten Sijunjung, Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok Selatan, dan Kabupaten Dharmasraya.
Dayan menyebut masih ada peluang turunnnya hujan di Sumbar walau tidak dalam skala besar. Setidaknya menurut dia hujan dalam skala kecil dapat membersihkan udara.