REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Malik bin Anas adalah pakar ilmu fikih dan hadits. Dia lahir di Madinah tahun 93 Hijriyah. Kesuksesannya menjadi pendiri mazhab Maliki berawal dari nasihat sang ibu untuk mengenyam pendidikan di Masjid Nabawi. Di sana, ia mulai menghapal Alquran dan hadits.
Materi pendidikan menulis masih langka, para pelajar saat itu harus memiliki ingatan kuat. Kondisi tersebut tidak memengaruhi Imam Malik yang memiliki kecerdasan luar biasa.
Saat seorang guru menceritakan hadits Nabi, Imam Malik biasa memahami setiap hadits. Kemudian, dia mencoba melafalkan hadits untuk dirinya sendiri. Hal ini guna memastikan dia mempertahankan setiap hadits.
Suatu saat, dia menghadiri suatu sesi yang menceritakan dan mendiskusikan 30 hadits. Ketika sesi selesai, dia memeriksa retensi dari hadits tersebut.
Sadar ada salah satu hadits yang lupa, Imam Malik segera mengejar gurunya untuk mempelajari hadits itu. Lalu sang guru mendengarkan dan mengajari hadits yang terlupakan.
Sebagai seorang ulama terkemuka, Imam Malik tidak hanya menghadiri lingkungan studi yang diselenggarakan oleh setidaknya 90 ulama. Namun, sepanjang hidupnya dia berdiskusi tentang berbagai hal keimanan dengan rekan-rekannya dan para ulama yang datang ke Madinah pada saat musim haji.