Selasa 23 Feb 2021 20:01 WIB

PBB Ungkap Penyebab Korban Sipil Perang Afghanistan Turun

Korban sipil akibat perang Afghanistan turun 15 persen.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Personel keamanan Afghanistan mengeluarkan kendaraan yang rusak dari lokasi serangan bom di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 20 Februari 2021. Tiga ledakan terpisah di ibu kota Kabul pada Sabtu menewaskan dan melukai banyak orang, kata seorang pejabat Afghanistan.
Foto: AP
Personel keamanan Afghanistan mengeluarkan kendaraan yang rusak dari lokasi serangan bom di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 20 Februari 2021. Tiga ledakan terpisah di ibu kota Kabul pada Sabtu menewaskan dan melukai banyak orang, kata seorang pejabat Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- PBB menyebut korban warga sipil akibat perang Afghanistan pada 2020 turun 15 persen dibandingkan 2019. Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) dan Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan penurunan terjadi karena perubahan taktik pemberontak.

Semakin sedikitnya bom bunuh diri dan berkurangnya jumlah korban yang ditimbulkan pasukan militer internasional juga mendorong turunnya jumlah korban dari kalangan sipil. Namun Afghanistan masih menjadi negara paling mematikan bagi warga sipil di dunia.

Baca Juga

Dalam laporannya Selasa (23/2) PBB menekankan perempuan dan anak-anak kelompok yang paling terdampak konflik. Sekitar 43 persen korban perang dari kalangan sipil adalah perempuan dan anak-anak.

Serangan terhadap warga sipil termasuk serangan pada anggota peradilan, media dan aktivis. Serangan terhadap kelompok agama minoritas seperti muslim Syiah, kelompok etnik Hazara dan masyarakat Sikh juga masuk kategori serangan terhadap warga sipil.

PBB mengatakan pada 2020 sebanyak 8.820 warga sipil menjadi korban perang sekitar 3.035 orang tewas dan 5.785 lainnya terluka. Pertama kalinya sejak 2013 jumlah korban perang Afghanistan dalam satu tahun dibawah 10 ribu. Jumlahnya turun 15 persen dibandingkan 2019.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement