Selasa 23 Feb 2021 22:35 WIB

Sebanyak 12 Titik Api Terpantau di Sumbar

Patroli diintensifkan pada daerah rawan dan terpantau hot spot.

Titik api karhutla dari pantauan udara (ilustrasi).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Titik api karhutla dari pantauan udara (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sistem informasi deteksi dini pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang berbasis aplikasi dan web (SiPongi) memantau 12 hot spot atau titik api di Sumatera Barat pada tiga hari terakhir. Hot spot itu terpantau di Kabupaten Padang Pariaman, Agam, Limapuluh Kota, dan Kota Padang.

"Ada 12 titik terpantau, tetapi warnanya kuning atau dengan tingkat kepercayaan yang rendah," kata Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi di Padang, Selasa (23/2).

Ia mengatakan, meski dengan tingkat kepercayaan rendah, namun Dinas Kehutanan tetap mengintensifkan patroli hutan untuk meminimalkan potensi kebakaran hutan. Apalagi, kondisi suhu udara yang sangat panas belakangan ini berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.

"Karena itu, kita intensifkan patroli terutama pada daerah yang terpantau hot spot serta daerah rawan," katanya.

Daerah rawan itu di antaranya Kabupaten Pesisir Selatan, Limapuluh Kota, Pasaman Barat, Dharmasraya, Pasaman, dan Agam. Selain melakukan patroli, Dishut juga tengah mempersiapkan surat yang akan ditujukan kepada Bupati dan Wali Kota se-Sumbar.

Surat itu berisi imbauan kepada daerah agar menyampaikan kepada perangkat pemerintah hingga ke desa-desa, supaya menghentikan kegiatan membakar lahan dengan sengaja. Menurutnya, dalam kondisi suhu udara yang terbilang panas ini, akan sangat berisiko terjadi karhutla.

Ia berharap surat itu nantinya benar-benar disosialisasikan dengan baik, agar mentiadakan aktivitas membakar, baik itu perkebunan maupun di lahan sawah. Langkah lainnya, Dishut juga turut melibatkan peran komunitas Masyarakat Peduli Api. Komunitas itu dibentuk sebagai perpanjangan tangan Dishut di pedesaan.

"Masyarakat Peduli Api tidak seluruh desa di Sumbar ada. Mereka ada di desa-desa yang tergolong rawan terjadi karhutla. Seperti di Pesisir Selatan, Limapuluh Kota, Agam, Pasaman Barat, Dharmasraya, dan Pasaman," kata dia.

Peran Masyarakat Peduli Api juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk menjaga dan melindungi hutan. Terutama dalam kondisi seperti saat ini, Masyarakat Peduli Api akan memberikan pemahaman bahwa mentiadakan aktivitas membakar lahan atau pasca panen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement