REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel akan mengambil sikap keras menentang rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk melanjutkan kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran. Hal itu berdasarkan laporan Perusahaan Penyiaran Publik Israel (IPBC) pada Selasa (23/2).
Menurut IPBC, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (22/2) mengadakan pertemuan konsultatif untuk membahas apakah Israel harus mendukung atau menolak rencana AS soal perjanjian nuklir dengan Iran. Menteri Pertahanan Benny Gantz, Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi, dan Kepala Angkatan Darat Aviv Kochavi mendukung pengambilan sikap moderat tentang masalah ini dan memulai dialog dengan Gedung Putih tentang hal itu.
IPBC juga menyoroti tekanan Israel pada para pihak penandatangan kesepakatan nuklir Eropa dalam upaya untuk mencegah mereka kembali ke perjanjian 2015.
"Israel mencoba membujuk Prancis, Inggris, dan Jerman untuk menambahkan poin pada setiap perjanjian yang mungkin ditandatangani dengan Teheran jika negosiasi (kesepakatan nuklir) dilanjutkan," kata Netanyahu.