REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, program pembangunan 1,8 juta sumur resapan di Ibu Kota untuk menanggulangi banjir merupakan proyek jangka panjang. Karena itu, menurut Ariza, pembangunannya pun membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Yang dimaksud 1,8 juta itu (sumur resapan) kebutuhan Jakarta, bukan harus dipenuhi dalam lima tahun atau dalam satu tahun. Tidak mungkin, itu kebutuhan Jakarta sejauh ini," kata Ariza di Balai Kota Jakarta, Rabu (24/2).
Ariza menuturkan, hal ini hampir serupa dengan pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang juga dikerjakan dalam jangka waktu cukup lama. Menurut dia, program pembangunan 1,8 juta sumur resapan ini pun merupakan poyek berkelanjutan yang harus diteruskan oleh gubernur-gubernur Jakarta berikutnya.
Ia menilai, pembangunan sumur resapan atau drainase vertikal ini bahkan mungkin membutuhkan waktu hingga empat periode jabatan gubernur. "Apa mungkin satu periode? Tidak mungkin. Mungkin 2, 3, 4 periode ke depan. Memang ini membutuhkan waktu," ujar dia.
"Jadi sekali lagi 1,8 sumur itu adalah kebutuhan kita di Jakarta seluruhnya dan akan dikerjakan oleh setiap periode ke periode, gubernur ke gubernur," imbuhnya.
Kendati demikian, sambung Ariza, pembangunan 1,8 juta sumur resapan ini tidak hanya dikerjakan oleh Pemprov DKI. Namun, pihak swasta seperti pemilik apartemen, perkantoran, dan industri juga bertanggung jawab dalam pembangunan itu.
Ia menilai, program ini pun harus mendapat dukungan dari para warga. "Setiap warga nanti kita minta juga membangun sumur resapan di rumah masing-masing, terlebih di daerah yang berpotensi banjir. Baru yang ketiga itu menjadi kewajiban kami, baik pemprov, maupun BUMD untuk bangun sumur resapan," jelas dia.
Sebelumnya, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta mengungkapkan telah membangun sebanyak 2.974 titik sumur resapan di Ibu Kota untuk mencegah terjadinya banjir. Jumlah itu dilakukan selama periode tahun 2020.