REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Areal persawahan di Kabupaten Cirebon dan Indramayu terpaksa harus melakukan tanam ulang akibat banjir. Para petani yang melakukan tanam ulang itu diminta untuk mewaspadai munculnya ancaman organisme pengganggu tanaman (OPT) maupun kekeringan di musim tanam gadu (kemarau) 2021.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abu Bakar menjelaskan, tanam ulang yang dialami ribuan hektare tanaman padi di Kabupaten Cirebon akan membuat musim tanam menjadi tidak serentak. Begitu pula dengan masa panen.
Tasrip menilai, kondisi itu akan membuat makanan bagi OPT selalu tersedia dan tidak terputus. Akibatnya, serangan OPT rawan terjadi.
"Karena panen tidak terputus, maka OPT akan selalu berpindah ke lahan yang masih ada tanamannya untuk memperoleh makanan," ujar Tasrip, Rabu (24/2).
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, luas areal tanaman padi yang terendam banjir di Kabupaten Cirebon mencapai sekitar 6.000 hektare. Dari jumlah itu, sekitar 3.000 hektare di antaranya mengalami puso sehingga harus dilakukan tanam ulang.
Areal persawahan yang terendam banjir itu tersebar di berbagai kecamatan. Yakni, Kecamatan Arjawinangun, Kaliwedi, Gegesik, Panguragan, Kapetakan, Suranenggala dan Gunung Jati.