Kamis 25 Feb 2021 02:16 WIB

Meski Banyak Rintangan, Relawan Rumah Zakat Terus Berjuang

Pada masa pandemi yang berkepanjangan ini, relawan harus terus berinovasi

Amrih Setiowati merupakan seorang Relawan Rumah Zakat yang selalu hadir dalam program pembinaan masyarakat dengan menggendong anak. Seperti pada hari Rabu (17/02), ia datang untuk mengisi majelis taklim dengan membawa ketiga anaknya yang belum bersekolah.
Foto: istimewa
Amrih Setiowati merupakan seorang Relawan Rumah Zakat yang selalu hadir dalam program pembinaan masyarakat dengan menggendong anak. Seperti pada hari Rabu (17/02), ia datang untuk mengisi majelis taklim dengan membawa ketiga anaknya yang belum bersekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Amrih Setiowati merupakan seorang Relawan Rumah Zakat yang selalu hadir dalam program pembinaan masyarakat dengan menggendong anak. Seperti pada hari Rabu (17/02), ia datang untuk mengisi majelis taklim dengan membawa ketiga anaknya yang belum bersekolah.

Pantang menyerah sebuah kalimat yang cocok disematkan kepada seorang Relawan Rumah Zakat yang bertugas di Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Tahun 2018 adalah tahun pertama Amrih Setiowati bergabung menjadi relawan Rumah Zakat dalam program desa berdaya. Ia ditugaskan untuk mendampingi salah satu desa dengan kondisi geografis adalah perbukitan. Sampai tahun 2021 ini jalur menuju desa tersebut tidak dilalui kendaraan umum. Untuk sampai lokasi selain menggunakan kendaraan pribadi, tak jarang ia harus menyarter mobil, atau naik ojek online.

Amrih juga tidak enggan hadir dalam Gerakan Sholat Subuh Berjamaah. Biasanya ia berangkat dari rumah maksimal 30 menit sebelum waktu subuh. Hal itu dilakukan karena Desa Gedong berada di Kecamatan Banyubiru, sedangkan Amrih Setiowati tinggal di Kecamatan Tuntang. Dari perjuangan pemberdayaannya selama kurang lebih tiga tahun, tercatat telah terbentuk 3 majelis taklim. Pemberdayaan yang mulanya terpusat di satu dusun, kini telah menyebar menjadi 3 dusun.

Jamaah sholat subuh berjamaah juga kian meningkat dengan berbekal pemberdayaan yang ia jalankan. "Bagi saya hasil ini belum maksimal, tapi saya terus bergerak maksimal. Saya yakin hasil tidak pernah menghianati proses," kata Amrih Setiowati.

Pada masa pandemi yang berkepanjangan ini, Amrih Setiowati terus berinovasi agar ia tetap bergerak. Ia membuat acara-acara yang tidak membutuhkan biaya seperti membuka perpustakaan keliling dan menggagas koperasi simpan pinjam non riba. Program perpustakaan keliling dan pengelolaan barang prelove dijalankan sambil berkeliling menghadiri taklim dan program lainnya di Desa Berdaya Gedong.

"Mempunyai anak adalah anugerah. Saya akan bawa mereka selagi mereka masih nyaman untuk kemana-mana bersama saya," kata Amrih Setiowati sambil menggendong anak ketiganya yang berusia 13 bulan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement