Kamis 25 Feb 2021 17:28 WIB

Februari 2021, OJK Catat Restrukturisasi Kredit Rp 987 T

Realisasi restrukturisasi sejauh ini masih di bawah ekspektasi.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Ketua OJK Wimboh Santoso. OJK menyatakan, realisasi restrukturisasi kredit per Februari 2021 masih di bawah ekspektasi.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ketua OJK Wimboh Santoso. OJK menyatakan, realisasi restrukturisasi kredit per Februari 2021 masih di bawah ekspektasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat restrukturisasi kredit perbankan sebesar Rp 987 triliun kepada 7,9 juta debitur per 8 Februari 2021. Adapun realisasi ini lebih rendah dari perkiraan.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, otoritas memperkirakan restrukturisasi kredit sebesar 25 persen dari total kredit perbankan. Sejauh ini, restrukturisasi mencapai 18 persen dari total kredit perbankan dan jumlahnya nasabahnya sudah mulai mendatar bahkan beberapa nasabah mulai menunjukkan pemulihan.

Baca Juga

"Restrukturisasi berjalan, jumlahnya cukup besar tapi masih lebih rendah dari ekspektasi kita semua," ujar Wimboh saat konferensi pers virtual Economic Outlook CNBC Indonesia, Kamis (25/2).

Wimboh merinci restrukturisasi yang sudah dilakukan pelaku UMKM senilai Rp 388,3 triliun kepada 6,2 juta debitur dan non-UMKM Rp 599,15 triliun bagi 1,8 juta debitur.

Adapun program restrukturisasi kredit yang semula direncanakan hanya satu tahun diperpanjang sampai Maret 2022. Hal ini dilakukan karena masyarakat masih membutuhkan waktu yang lebih lama agar pulih di sisi ekonomi.

"Karena kalau nasabah-nasabah yang terimbas Covid-19 dikategorikan macet, ini akan luar biasa memerlukan effort besar terutama sisi compliance. Karena dari kategori macet menjadi lancar itu prosesnya akan panjang," kata Wimboh menjelaskan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement