Kamis 25 Feb 2021 17:51 WIB

Bulog: Tak Ada Niat Monopoli Perberasan

Monopoli beras butuh dana besar sebab beras mengalami turun mutu per empat bulan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Wakil Utama Perum Bulog, Gatot Trihargo. Bulog menyatakan, tak ada niatan untuk memonopoli bisnis beras nasional sebab untuk melakukannya butuh dana besar.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Wakil Utama Perum Bulog, Gatot Trihargo. Bulog menyatakan, tak ada niatan untuk memonopoli bisnis beras nasional sebab untuk melakukannya butuh dana besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Utama Perum Bulog, Gatot Trihargo, menyatakan, upaya perum Bulog untuk terus mengembangkan bisnis beras dari hulu ke hilir bukan ditujukan untuk melakukan monopoli beras. Sebab, pangsa pasar beras oleh Bulog saat ini hanya delapan persen dari total kebutuhan beras masyarakat.

"Kita tidak akan monopoli dan kita hindari monopoli. Kita memang besar tapi kita tidak akan monopoli," kata Gatot dalam webinar yang digelar Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Kamis (25/2).

Baca Juga

Gatot mengatakan, untuk melakukan monopoli beras dibutuhkan dana yang besar sebab beras mengalami turun mutu setiap empat bulan. Karena itu, menurut Gatot, tidak ada badan usaha di Indonesia maupun dunia yang sanggup memonopoli bisnis beras.

"Yang sanggup kalau ada intervensi dari pemerintah, kalau di China, ada dana dari pemerintahnya," kata dia.

Ia menambahkan, Bulog saat ini melakukan penyerapan beras hanya mengandalkan kredit perbankan dengan bunga komersial sebesar 8,25 persen. Tingkat bunga itu masih dinilai tinggi meski sudah diturunkan dari sebelumnya 8,4 persen.

Besarnya bunga itu pun mengerek beban Bulog. Dengan menyimpan stok sebesar 2,9 juta ton, biaya bunga tembus hingga Rp 2,5 triliun. "Jadi ini berat bagi Bulog karena tidak ada penggantian. Kami sedang dorong bagaimana supaya pemerintah ganti biaya bunga saja, tidak usah ada penyertaan modal negara," ujar dia.

Ke depan, Gatot mengatakan, jika Bulog diubah menjadi Badan Pangan Nasional, biaya-biaya tentu akan bersumber dari pemerintah sehingga itu akan lebih aman. Sebab, saat ini Bulog tidak memiliki dana yang besar dalam menjalankan fungsi pengadaan beras yang disimpan sebagai cadangan milik pemerintah.

"Tentu saja untuk monopoli susah. Stabil saja sudah bagus dan kita ingin kualitas hidup petani lebih baik dari sebelumnya," kata dia.

Diketahui, stok beras Bulog hingga 25 Februari 2021 sebanyak 881.415 ton. Itu terdiri dari 854.558 ton stok cadangan beras pemerintah dan 26.857 ton beras komersial. Adapun tahun ini, Bulog perusahaann menargetkan penyerapan 1,4 juta ton baik untuk cadangan beras pemerintah maupun komersial.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement