Kamis 25 Feb 2021 18:06 WIB

Psikolog Prediksi Covid-19 Timbulkan Efek Buruk pada Anak

Anak-anak yang dipaksa ada di rumah, tidak bisa bersosialisasi dan bekerja sama

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Seorang anak berjalan didekat spanduk pencegahan Covid-19 Gugus Tugas, (ilustrasi).  Psikolog memprediksi Covid-19 bisa menimbulkan efek terburuk pada anak-anak.
Foto: Prayogi/Republika.
Seorang anak berjalan didekat spanduk pencegahan Covid-19 Gugus Tugas, (ilustrasi). Psikolog memprediksi Covid-19 bisa menimbulkan efek terburuk pada anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 terjadi di Tanah Air sudah lebih dari satu tahun. Jika terus terjadi, psikolog memprediksi Covid-19 bisa menimbulkan efek terburuk pada anak-anak.

"Yang semua orang harus tahu, pihak yang diprediksi mendapatkan efek terburuk pandemi ini jika tidak diantisipasi yaitu anak-anak. Bayangkan ketika anak selama setahun, dua tahun di rumah saja tentu bisa memiliki makna yang berbeda buat mereka," kata Direktur Centre for Public Mental Health Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Diana Setiyawati saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema "Keluarga Tangguh Covid-19: Lindungi Kesehatan Jiwa", Kamis (25/2).

Baca Juga

Ia menjelaskan, ketika anak-anak usia pra sekolah dan mereka seharusnya sudah bisa membaca, mengembangkan kemampuan bahasa, bersosialisasi dalam kurun waktu setahun namun pandemi membuat anak-anak ini tidak memiliki konsep mengenai ini lantaran hanya berada di rumah.

Tak hanya itu, ia menyebutkan anak-anak yang dipaksa ada di rumah, tidak bisa bersosialisasi, dan bekerja sama. Akibatnya mereka tidak bisa belajar setia kawan, hingga  bisa melakukan sosialisasi. Ia khawatir kalau semua pihak tidak segera bergotong royong segera mengakhiri pandemi ini maka bisa mengorbankan generasi masa depan.

Ia menyontohkan, Flu Spanyol yang terjadi 100 tahun lalu. Efek Flu Spanyol setelah diteliti longitudinal ternyata orang tua yang mengandung anak-anak selama masa pandemi saat itu kemudian ketika sang buah hati tumbuh besar ternyata mengalami level sosial ekonomi yang lebih rendah, angka disabilitas lebih tinggi, hingga kesehatan lebih banyak masalah.

"Kenapa? Karena mereka (anak-anak) yang ada dalam kandungan saat Flu Spanyol yang membuat sistem kesehatan sedang sibuk atau banyak hal lain diprioritaskan," ujarnya.

Tak hanya anak-anak, ia menyebutkan perkembangan kehidupan remaja juga berat karena tidak bisa mengeksplorasi identitasnya. Ini mengakibatkan orang tua kehilangan anak remajanya yang tersesat di rimba media sosial dan game hingga kelompok lanjut usia juga terdampak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement