Kamis 25 Feb 2021 19:09 WIB

Satgas Covid-19: Keluarga Tangguh Kunci Kesehatan Jiwa

Kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa saling mempengaruhi.

Ilustrasi Covid-19. Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengatakan keluarga tangguh merupakan kunci untuk menjaga kesehatan jiwa selama pandemi Covid-19.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengatakan keluarga tangguh merupakan kunci untuk menjaga kesehatan jiwa selama pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengatakan keluarga tangguh merupakan kunci untuk menjaga kesehatan jiwa selama pandemi Covid-19. Dalam kondisi pandemi, yang menjadi orang kita adalah keluarga.

"Untuk menjaga kesehatan fisik dan jiwa, keluarga memiliki peran yang pertama dan utama," kata Sonny dalam acara bincang-bincang Satgas Penanganan Covid-19 yang diikuti melalui siaran langsung akun Youtube BNPB Indonesia dari Jakarta, Kamis (25/2).

Baca Juga

Sonny mengatakan selama pandemi, ketika kegiatan dan pergerakan dibatasi, seseorang sangat rentan merasa bosan, jenuh, cemas, takut, dan lain-lain. Dengan segala keterbatasan tersebut, jangan sampai kesehatan jiwa terganggu dan berdampak pada kesehatan fisik.

"Kesehatan fisik sangat penting agar tidak mudah terinfeksi Covid-19. Karena itu, keluarga tangguh harus dibangun," tuturnya.

Sonny mengatakan kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa saling mempengaruhi. Fisik yang sehat akan berdampak pada jiwa yang sehat, begitu pula sebaliknya, jiwa yang sehat akan berdampak pada fisik yang sehat.

Pandemi Covid-19, yang telah mengubah tatanan kehidupan manusia di seluruh dunia, memaksa semua orang beradaptasi dengan keadaan. "Pandemi Covid-19 membuat aktivitas dan mobilitas orang terbatas sehingga ada kecenderungan tidak hanya kesehatan fisik saja yang terancam, tetapi juga kesehatan jiwa," katanya.

Direktur Centre for Public Mental Health Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Diana Setiyawati mengatakan, ilmu kesehatan sebelumnya memang berpikir bahwa penyakit fisik bisa berdampak pada kesehatan psikis. "Namun, riset terbaru menunjukkan bahwa penyakit psikis bisa menyebabkan sakit fisik, bisa juga penyakit fisik menyebabkan sakit psikis. Jadi bisa keduanya saling mempengaruhi," jelasnya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement